TERAS BERITA.ID – Bupati Sambas, Satono, menghadiri temu lapang dan panen kedua padi Varietas Unggul Baru (VUP) Inpari 36 milik Kelompok Tani (Poktan) Dewi Mulya I, binaan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalbar di Desa Lonam, Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas, Rabu (9/3/22).
Hadir langsung dalam kesempatan itu, Kepala Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalbar, Rustam Massinai, Kepala Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolittungro) Sulawesi Selatan, Sumarni Panikkai, Camat se-Kabupaten Sambas, Forkopimda, Kepala OPD terkait dan Gapoktan.
Bupati Satono merasa bangga sebab, panen kedua VUP Inpari 36 di lokasi milik petani Desa Lonam tersebut mencapai 9.7 ton per hektar, jumlah tersebut mengalami peningkatan dari hasil panen perdana yang hanya 8.05 ton per hektar. Bahkan angka 9.7 ton per hektar itu telah memecahkan rekor produksi Inpari 36 se-Kalbar di lahan pasang surut.
“Bulan Agustus 2021 kita sudah panen perdana padi Inpari 36 dan 37 di Desa Lonam bersama Wamentan, hasilnya sangat memuaskan yakni 8.05 ton per hektar. Hari ini panen kedua di lokasi dan varietas yang sama, tapi hasilnya luar biasa yakni 9.7 ton per hektar. Sehingga ini telah mencatat rekor baru di Kalbar,” katanya.
Bupati Satono mengatakan padi yang dipanen raya tersebut milik petani bernama Nurdin dan Ramsino. Menurutnya hasil panen yang melimpah itu adalah berkah dari Allah SWT, sehingga dia menganjurkan agar keduanya membayar zakat sebanyak 1 ton.
“Hari ini Pak Nurdin dan Pak Ramsino telah membuktikan bahwa tanah kita sangat subur dan ini berkah dari Allah SWT. Saya sangat apresiasi karena mereka tadi bilang akan mengeluarkan sebagian hak orang lain (zakat) dati hasil panen ini sebanyak 1 ton,” katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalbar, Rustam Massinai juga bersyukur bahwa hasil panen tersebut luar biasa banyaknya khusus untuk varietas Inpari 36.
Dia menjelaskan, berdasarkan hasil ubinan, dalam satu hektar lahah Gabah Kering Panen (GKP) bisa mencapai 12 ton per hektar, atau Gabah Kering Giling (GKG) 9.7 ton per hektar. Jumlah itu sudah sesuai dengan potensi VUB Inpari 36 dan 37.
“Benih Inpari 36 dan 37 ini akan terus kita kembangkan di Kabupaten Sambas, caranya kita bagikan gratis untuk ke petani, namun syaratnya jangan dikonsumsi dulu, harus dijadikan benih. Hari ini kita sudah panen kedua dan hasilnya untuk dijadikan benih, nanti panen ketiga baru kita dikonsumsi,” katanya.
Rustam menceritakan, bahwa benih Inpari 36 tersebut merupakan benih Tahan Tungro (Taro) yang dikembangkan oleh Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolittungro), di Desa Lanrang, Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan.
Sementara, Kepala Lolittungro, Sumarni Panikkai, menjelaskan Inpari 36 Lanrang, sebenarnya adalah varietas padi Tahan Tungro (Taro) yang mereka kembangkan dan dicobatanamkan ke Kabupaten Sambas.
Sumarni mengatakan, dia mulanya ingin memperkenalkan VUB Inpari 36 dan 37 ke semua provinsi di Indonesia. Dalam perjalanannya, dia melihat tingginya produktivitas Inpari 36 dan 37 di Kalbar khususnya Desa Lonam, Pemangkat. Karena penasaran dia ingin datang langsung menyaksikan panen raya.
“Sebagai peneliti Inpari 36 dan 37 Lanrang, kami banyak mengunjungi wilayah endemik tungro. Kami awalnya meminta BPTP untuk mencoba benih Inpari 36 dan 37 di Kalbar. Setelah mendapat laporan bahwa produktivitasnya yang sangat tinggi di Sambas, kami ingin datang melihatnya langsung,” katanya.
Sumarni sudah melihat kondisi lahan di Kabupaten Sambas yang sangat subur. Benih padi yang awalnya diciptakan tahan terhadap penyakit tungro rupanya berproduksi tinggi di Sambas, dia kemudian membawa sampel tanah ke pusat penelitiannya untuk diteliti lebih lanjut.
“Ini akan jadi PR kami, mengapa di sini malah tungronya tidak ada tapi produktivitasnya yang jadi perhatian. Kami akan mengkaji ini lebih lanjut di Sulawesi Selatan, untuk menemukan jawabannya,” pungkasnya.