“Hujan air mata dari pelosok negeri Saat melepas engkau pergi. Berjuta kepala tertunduk haru”
Tembang lawas Iwan Fals seperti mengawal pagi yang sulit bernapas. Banyak dada tersedak, meratap menahan lara.
Belum lama Buya Syafi’i meninggalkan negeri ke alam ukhrawi, kini engkau pun pergi.
Seperti namamu yang mendeskripsikan untaian zamrud khatulistiwa, engkaulah “Permata Hijau” Nusantara.
Ya, Azyumardi Azra, Sang Cendekia Moderasi Beragama. Dan mereka memanggilmu Sir Edy, orang Indonesia pertama peraih Commander of the order of British Empire (CBE) dari Kerajaan Britania Raya.
Sir Edy, begawan dengan totalitas membangun bangsa lewat pendidikan dan Islam wasathiyah, menjadikan kampus tercinta sebagai universitas berkelas dunia.
Sir Edy, bangsa ini meratapimu. Merah Putih yang membalut peti itu, adalah darah dan tulang semasa hidupmu. Seirama dengan Sang Saka yang berkibar setengah tiang di Jalan Insinyur Haji Juanda. Di sudut kampus UIN Jakarta yang kau perjuangkan menjadi bagian dari poros peradaban dunia.
Sir Edy, duka ini memang dalam seperti Palung Mariana, cekungan yang hampir tak berujung di dasar samudera. Namun, gelombang yang menerjang-nerjang di atasnya adalah spririt generasi yang kau tinggalkan, yang akan meneruskan api intelektualitasmu yang tak akan pernah padam.
“Terbayang baktimu terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu
Bernisan bangga berkafan doa
Dari kami yang merindukan orang sepertimu” Selamat jalan, Sir Edy.
(Yudhiarma MK, M.Si)