TERAS BERITA.ID, Jakarta – Momentum pemulihan ekonomi Indonesia terus terjaga, terlihat nilai neraca perdagangan yang kembali surplus. Terus menguatnya kinerja ekonomi kita tidak terlepas dari kerja sama semua pihak dalam menangani pandemi dan mendorong pemulihan ekonomi.
Namun demikian, ke depan perlu terus waspada terhadap berbagai risiko yang ada, termasuk penyebaran varian Omicron.
Untuk itu, melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Pemerintah terus berupaya keras melakukan penguatan efektivitas penanganan kesehatan, perlindungan sosial dan dukungan pada sektor usaha untuk menjaga momentum dan keberlanjutan pemulihan ekonomi.
Percepatan vaksinasi menuju terciptanya kekebalan komunal juga terus dilakukan sekaligus dengan penyediaan booster melalui APBN untuk melindungi seluruh masyarakat agar aktifitas ekonomi terus dapat bergerak.
Surplus neraca perdagangan pada Desember 2021 tercatat USD1,02 miliar. Meskipun mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, surplus neraca perdagangan Desember 2021 menandai tren surplus selama 20 bulan berturut-turut.
Penurunan surplus pada Desember disebabkan oleh impor yang menguat, terutama karena naiknya permintaan domestik sejalan dengan tren menguatnya aktifitas ekonomi domestik.
“Kinerja neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun 2021, jauh lebih baik dibandingkan tahun 2020. Bahkan, secara komulatif Januari – Desember yang mencapai USD35,34 miliar, merupakan angka tertinggi selama lebih dari satu dekade terakhir. Aktivitas ekonomi global dan domestik yang membaik, harga komoditas global yang masih relatif tinggi, juga turut menyumbang perbaikan kinerja neraca perdagangan di sepanjang tahun 2021”, jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.
Ekspor Indonesia pada Desember 2021 tercatat sebesar USD22,38 miliar, tumbuh tinggi dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya 35,3%. Sepanjang tahun 2021, ekspor meningkat tajam sebesar 41,8%. Pertumbuhan ekspor sepanjang tahun 2021 didorong oleh pertumbuhan yang tinggi baik pada ekspor nonmigas yang tumbuh 41,5%, maupun ekspor migas yang tumbuh 48,7%.
“Nilai ekspor secara kumulatif, tercatat sudah lebih tinggi dari masa prapandemi walaupun utamanya didorong oleh peningkatan harga komoditas utama. Ekspor ke depan diperkirakan tetap kuat didukung baik oleh permintaan global maupun faktor harga, meskipun harga komoditas diperkirakan mulai mengalami moderasi”, lanjut Febrio.
Di sisi sektoral, sepanjang tahun 2021 ekspor sektor manufaktur yang merupakan komponen tertinggi dari total ekspor nonmigas tumbuh 35,1%, disusul oleh sektor pertambangan (92,1%), dan sektor pertanian (2,8%).
Sementara itu, pangsa pasar ekspor Indonesia masih didominasi oleh Tiongkok, AS, Jepang dan India dengan komoditas utama bahan bakar mineral, lemak dan hewan nabati, serta besi dan baja.
Di sisi lain, impor indonesia tercatat USD21,36 miliar, kembali meningkat dibandingkan bulan sebelumnya dan tumbuh cukup tinggi 47,9% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Secara kumulatif atau sepanjang tahun 2021, impor juga tumbuh sebesar 38,6% dengan mencatatkan nilai USD196,20 miliar, angka yang sudah melebihi kumulatif impor di tahun 2020. Impor di tahun 2022 diperkirakan semakin menguat dalam rangka mendukung aktivitas domestik yang semakin menguat.
Untuk keseluruhan tahun 2021 pertumbuhan impor nonmigas juga didukung oleh semua jenis penggunaan seperti barang konsumsi (tumbuh 37,7%), bahan baku (42,8%), dan barang modal (20,8%).
Peningkatan pada impor bahan baku dan barang modal pada dasarnya mencerminkan adanya peningkatan aktivitas industri dalam negeri, sementara itu impor barang konsumsi akan mengindikasikan adanya peningkatan daya beli masyarakat.
“Kinerja ekspor dan impor Indonesia tahun 2021, memang semakin membaik seiring dengan dukungan pemerintah untuk terus meningkatkan nilai tambah produk ekspor melalui hilirisasi komoditas berbasis sumber daya alam (SDA), serta peningkatan daya saing, tetapi ke depannya kita masih perlu terus mewaspadai dinamika perekonomian global dan domestik yang akan mempengaruhi kinerja neraca perdagangan Indonesia, tutup Febrio.