TerasBerita.id – Masyarakat beramai-ramai menirukan joged ala Capres RI Prabowo Subianto, Joged Gemoy. Demam joged gemoy menjalar dari para tokoh politik, artis hingga ke kalangan milenial.
Bahkan, Kang Dedi (Dedi Mulyadi) menggelar lomba joged gemoy yang diikuti masyarakat di Subang, Jawa Barat.
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, angkat bicara, Lomba Joget Gemoy digelar mantan Bupati Purwakarta itu bentuk komunikasi profetik.
“Lewat joget Gemoy, Prabowo menggunakan komunikasi dengan berbasis pada spirit nilai-nilai kenabian,” ujar Toto, pada Minggu (26/11/23).
Hal ini disampaikan Toto terkait dengan makin populernya Joget Gemoy yang dijadikan brand capres Prabowo Subianto, yang kemudian dilombakan oleh Dedi Mulyadi tersebut.
Menurut Toto, Prabowo bukan politikus pendendam, Ia malah merangkul siapapun yang dianggap telah mengkhianatinya dalam dunia politik.
“Prabowo tampak tulus berjuang. Dia tidak pernah menyerang. Dan saat diserang, Dia lebih memilih diam ketimbang melayani serangan, termasuk fitnah. Dari sisi ini, saya melihat Prabowo itu sebenarnya sedang mengamalkan jurus komunikasi profetik,” papar pria berkacamata tersebut.
Toto menilai, Capres Prabowo ingin memberi pesan bahwa dirinya tak terlalu memperdulikan berbagai serangan kepada dirinya. Mulai dari yang bersifat mencaci, menghina dan bahkan memfitnahnya.
“Ini kan jelas pesan moral agar kita selalu sabar, kuat dan tahan menghadapi berbagai bentuk serangan seperti tadi. Termasuk, dalam kontek pertarungan politik,” ujarnya.
Menurut Toto, jika Joget Gemoy ini akan terus trending maka berpotensi mendongkrak selain popularitas, tapi juga elektabilitas Prabowo. Apalagi, kata Toto, istilah Joget Gemoy Prabowo ini muncul pertama kali disuarakan anak-anak muda.
“Karena itu, efek positifnya sangat potensial punya tempat di segmen anak muda, khususnya anak muda berkategori gen Z yang jumlahnya semakin besar,” tandasnya.
Masih kata Toto, pada pesan moral yang sangat kuat tentang politik riang gembira dengan tidak mengumbar cacian, hinaan dan fitnah.
“Inilah yang membedakan Prabowo hari ini dengan Prabowo dulu, tepatnya pada Pilpres 2019 lalu. Seperti yang terpotret di survei LSI Denny JA, secara karakter personal, Prabowo hari ini dipersepsi sebagai figur strong leader,” beber peneliti senior LSI Denny JA tersebut, seperti dilansir TerasBerita.id dari JawaPos.com.
Di pegujung statmennya, Toto berpendapat, yang membedakan Prabowo dulu dan sekarang yaitu selain strong leader, juga figur yang semakin humanis.
“Salah satunya terlihat dari sikapnya yang tak mudah terpancing, tak lagi emosional dan lebih sering bercanda,” pungkasnya.
Redaktur: Dede Rosyadi