TERAS BERITA.ID, BEKASI – Jasa penyebrangan menggunakan perahu eretan masih laris di tengah perkembangan zaman. Hal itu terlihat di pangkalan perahu eretan Warung Ayu, Kebalen-Desa Gabus. Warga cukup merogoh kocek Rp.2000 sudah bisa menyebrang. Murah meriah, dan tentunya membantu warga memangkas rute perjalanan.
Bukan hanya disitu saja, ada juga jasa perahu eretan tersebar mulai dari kali Bekasi hingga Karawang bisa kita jumpai. Kali Citarum ini bermuara hingga ke laut.
Kita bisa jumpai hilir mudik warga mulai dari pagi anak-anak sekolah, pekerja, warga sekitar menaiki perahu eretan menuju ke berbagai kampung dengan menyeberangi kali Bekasi.
Salah satunya Gunan (42) alias Bang Minggu, lelaki paruh baya asli betawi ini sudah bekerja sebagai penarik perahu eretan selama belasan tahun. Ia mangkal di eretan pinggiran Kali Blendung, Bekasi.
“Narik perahu eretan udah lama juga. Sekitar 13 tahun. Saya tiap hari nyeberangin orang-orang pakai perahu ini. Mulai anak-sekolah, orang kerja, dan warga sekitar,” ujar Bang Minggu saat ditemui reporter merdeka.com, Dede Rosyadi di Kampung Blendung, Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Bekasi Utara, Selasa (10/5) lalu.
Ia mengaku pekerjaannya itu dia lakoni mulai dari pagi hingga larut malam. Hampir tiap hari selalu mengerek tali eretan perahu, melayani orang menyebrang.
“Kerja beginian sih enggak pernah sepi. Tiap beberapa menit ada aja orang yang nyeberang kali mau ke kampung sebelah,” ungkapnya.
Biasanya, dirinya mengantarkan para penumpang anak sekolah, orang pergi dan pulang kerja menyebrang dari Kampung Kali Bedah ke kampung Blendung dan sebaliknya.
“Kalau perahu eretan kan cuma nyeberangin kali dari kampung ke kampung. Enggak bisa muter-muter kaya angkot,” selorohnya sambil tersenyum.
Bang Minggu merasa pekerjaan digelutinya itu terbilang mudah, tetapi berisiko tinggi. Sebab, di saat musim hujan dan banjir kiriman dari Bogor, perahu eretannya itu harus menganggur. Andai dipaksakan harus mengangkut penumpang, risikonya tali pandu bertindak sebagai ‘rel’ dan penambat perahu bisa putus. Bahkan perahu itu juga bisa terbalik.
“Kalau air lagi surut sih enak. Perahu jalannya tenang. Tapi kalau musim hujan dan banjir, saya lebih baik nganggur dulu daripada membahayakan penumpang,” jelasnya.
Jasa perahu eretan di kali Bekasi sangat diminati oleh masyarakat sekitar yang ingin menyeberangi kali terusan CIBL. Meski ada jalan alternatif berupa jalan jembatan, tetapi butuh waktu buat melintasinya. Sebab itu masyarakat lebih memilih menyebrang lewat perahu eretan dengan membayar Rp 2000 sekali menyebrang.
“Lebih enak naik perahu eretan, lebih dekat. Tinggal nyeberang udah sampai rumah. Kalau lewat jembatan harus mutar jauh,” kata Devi (15), seorang pelajar yang mengaku hampir tiap hari menggunakan jasa perahu eretan.
Meski demikian, Devi mengaku juga takut dengan bahaya setiap saat mengancam. Khawatir tali eretan putus, perahu terbalik, air naik banjir.
“Paling pas musim banjir. Biasanya perahu enggak stabil jalannya. Ngeri juga, takut terbalik perahunya,” katanya.
(Dede Rosyadi)