TERASBERITA.ID, JAKARTA – Al-Ittihadiyah merupakan organisasi umat Islam yang berdiri sejak tahun 1935, memiliki tiga pilar yang menjadi fokus gerakan, antara lain pilar pendidikan dan dakwah, pilar ekonomi serta pilar kaderisasi. Diantara tiga pilar tersebut, pilar ekonomi lah yang menjadi salah satu prioritas yang harus dikembangkan untuk memberdayakan ekonomi umat Islam agar dapat meningkatkan kesejahteraannya.
“Ekonomi ini penting dalam rangka memberdayakan umat, memang umat Islam banyak tertinggal di bidang ekonomi, karena itu, kita tidak boleh membiarkan,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) ketika memberikan sambutan pada Pembukaan Muktamar Al-Ittihadiyah ke-20 tahun 2022, di Istana Wakil Presiden, Jl. Medan Merdeka Selatan, No.7, Jakarta Pusat, Rabu, (14/09/2022).
Sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, menurut Wapres itu merupakan potensi yang dapat menjadi kekuatan untuk bangkit dengan membangun ekonomi umat.
“Karena ini saya kira umat islam harus bergiat membangun ekonomi dan sekarang potensinya ada, aturannya ada, lapangannya ada, dan sekarang sudah bukan menjadi gerakan nasional, gerakan global semua itu,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Wapres juga mengutip Syekh Al Nawawi Bantani bahwa apabila mencari rezeki, kita berusaha dengan tetap menegakkan hak-hak Allah tanpa ada kelalaian terhadap agama itu, bahkan itu adalah jihad besar, jihad ekonomi yaitu berjuang bagaimana mencari rezeki yang halal, yang sesuai dengan syariat.
Selain itu, mengenai pilar pendidikan dan dakwah, Wapres menilai frekuensi dakwah ulama di Indonesia sudah sangat banyak, namun masih perlu dilakukan peningkatan kualitas konten dakwah, sehingga Ia mengharapkan adanya kaderisasi da’i.
“Kuncinya itu kaderisasi da’i, bukan hanya sekedar materi atau konten tetapi juga pribadinya yang harus kita betulkan itu, itu menurut saya sangat penting, itulah kita diskusikan seperti apa, bagaimana caranya,” tegasnya.
Peningkatan kualitas konten dakwah yang dimaksud Wapres, adalah konten yang dapat mudah dipahami yang sesuai dengan kebutuhan umat Islam dalam menjalani kehidupan di dunia yang dirahmati Allah SWT.
“Kontennya yang sesuai dengan selera, dengan keinginan, dengan cara yang memang diminati sekarang ini, cara kita menyampaikannya mungkin jangan terlalu tekstualis mungkin perlu uraian-uraian yang lebih sedikit bisa memberikan gambaran yang lebih jelas, takbir yang lebih jelas atau ibarat yang lebih menarik,” terangnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Al-Ittihadiyah Lukmanul Hakim menyampaikan bahwa tantangan ekonomi sedang melanda dunia, namun Indonesia dapat mengatasinya lebih baik dibandingkan beberapa negara lain. Selain itu Indonesia juga akan dihadapkan dengan pemilihan umum legislative dan eksekutif pada 2024 oleh karena itu, Ia berharap persatuan dan kesatuan di Indonesia harus tetap dijaga agar dapat memajukan bangsa dan mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.
“Persatuan dan kesatuan umat dari seluruh elemen bangsa menjadi modal utama terwujudnya hal tersebut, untuk itu Al Ittihadiyah menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat dimanapun berada untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan umat agar Indonesia tetap maju dan terhindar dari gejolak ekonomi dan gejolak politik tahun 2024,” tegasnya.
Kemudian Ia menambahkan bahwa tiga pilar Al-Ittihadiyah tersebut telah dimiliki oleh Wapres K.H. Ma’ruf Amin, sehingga Ia berharap Wapres dapat menjadi pemimpin semua umat Islam.
“Bapak K.H. Ma’ruf Amin pernah menjadi Ra’is Aam Nahdlatul Ulama, pernah menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam beberapa diskusi pra muktamar, di Al Ittihadiyah maka saatnya sekarang Bapak K.H. Ma’ruf Amin menjadi Ra’is seluruh ormas termasuk Ra’is Al-Ittihadiyah,” terangnya.
Sebagai informasi, acara Muktamar Al Ittihadiyah ke-20 telah dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin dengan ditandai dengan pemukulan gong, dengan didampingi oleh Ketua Umum Al Ittihadiyah Lukmanul Hakim dan Wakil Ketua Umum Al-Ittihadiyah selaku Ketua Panitia Muktamar Al-Ittihadiyah XX Tahun 2022 Moh. Emnis Anwar sebagai tanda dibukanya Muktamar Al-Ittihadiyah ke-20.
(Dede Rosyadi)