TERAS BERITA.ID, Bekasi – Tidak banyak anak muda yang mau mandiri, pantang menyerah dan berbisnis bermodal mental baja. Apalagi disaat pandemi sekarang ini. Sektor usaha menengah kecil banyak yang gulung tikar lantaran sepinya konsumen.
Namun, hal itu tidak berlaku bagi Uung Faturrahman (21), anak muda kelahiran Kampung Pengarengan, Kaliabang Tengah, Kota Bekasi ini mencoba bisnis kedai kopi, dirinya juga turun tangan menjadi barista, melayani pelanggan.
Bukan hal yang mudah bagi Uung untuk bisa masuk dalam dunia bisnis kopi, begitu banyak persaingan, rintangan perjalanan usahanya, Ia tetap sabar, berusaha dan berinovasi.
Apalagi pasang surut income (pemasukan) perbulan, lantaran situasi saat ini pandemi, tapi pemuda kalem ini punya cara untuk bisa mengundang setiap konsumen, yakni dengan full servis terbaik kepada konsumen.
“Pasang surut berbisnis itu hal yang wajar. Jangan menyerah dan terutama jangan mengecewakan pelanggan. Siapapun itu pelanggan kita, mereka raja, musti kita beri pelayanan terbaik,” kata Uung saat diwawancarai di kedai kopi Ryu, Kota Bekasi, beberapa waktu lalu.
Uung yakin bahwa dengan menjaga relasi yang baik, memberikan pelayanan ke pelanggan dan kepercayaan, segala bisnis apapun bakal tetap terjaga dan eksis.
“Pembeli disini memang kebanyakan sudah pernah datang ngopi. Mereka biasanya balik lagi, nah, mereka-mereka ini yang kita anggap sebagai konsumen tetap. Intinya, beri pelayanan yang baik kepada pelanggan,” ungkap Uung.
Uung tidak mau mengecewankan pelanggan, mau itu anak pejabat atau orang biasa, siapapun pembeli pasti bakal disambut dengan ramah, senyum dan sapa. Sehingga konsumen merasa dihargai.
“Alhamdulillah, kita selalu berusaha ramah, kasih menu yang fresh dan harga bersahabat. Sehingga pelanggan tidak kecewa. Betah berlama-lama nongkrong di kedai kopi,” tuturnya.
Tidak sampai disitu, pria berstatus mahasiswa ini juga jadi kurir roti. Setiap pagi, selesai subuh, Uung berangkat mengambil pesanan roti dan dikirim ke beberapa lapak di wilayah Rawa Lumbu hingga ke wilayah Perwira Bekasi.
“Kurir roti buat nambah biaya hidup sehari-hari. Lumayan buat ditabung,” ucapnya.
Rasa gengsi rupanya sudah dibuang jauh-jauh dari diri Uung, yang penting bisa dapat uang halal dan bisa membahagiakan sang ibu.
“Yang penting halal dan bisa ngasih keluarga di rumah, terutama ibu,” senyum Uung.
Perjuangan dalam mencari rezeki dari seorang pemuda bernama Uung ini yang dimasa mudanya bisa ditiru, disaat para anak muda lainnya masi terlelap tidur, malas berkarifitas, menikmati masa mudanya dengan hura-hura. Namun, Uung mendobrak rasa malas dengan bekerja tanpa kenal lelah dan rasa malu.
Uung, ketika masih berumur 15 hari, ayahnya meninggal. Ia tumbuh besar dan mencoba banyak hal untuk bangkit merubah nasib, menghapus rasa kesedihan. Sekarang dirinya sudah mampu mandiri, menjadi pemuda yang kuat secara mentaldan sanggup menerima kenyataan, bahwa hidup terus berjalan.
“Saya berusaha menjadi lebih baik, merubah naisb. Enggak mudah cengeng (sedih). Doa seorang ibu yang selalu ada, disetiap langkah usaha” tutup Uung.
(Farhan)