TerasBerita.id – Di balik kesuksesan Timnas Indonesia U-17 melangkah ke Piala Dunia U-17, ada satu sosok yang tak banyak bicara, namun penuh aksi di balik layar. Dialah Nova Arianto, pria kelahiran Semarang, 4 November 1979, yang kini menjadi pelatih kepala skuad Garuda Muda.
Bagi pecinta sepak bola era 80-an, nama Sartono Anwar tentu tidak asing. Ia adalah pelatih legendaris yang membawa PSIS Semarang menjuarai Divisi Utama 1987. Dan Nova, adalah buah dari darah sepak bola itu. Namun, meski membawa nama besar sang ayah, Nova tak pernah menumpang tenar. Ia meniti jalannya sendiri—dari lapangan belakang sebagai bek tangguh, hingga kini menjadi otak strategi di pinggir lapangan.
Perjalanan Nova sebagai pemain profesional dimulai sejak remaja bersama PSSI Baretti (1995-1996). Kariernya berlanjut ke berbagai klub besar seperti Arseto Solo, PSIS Semarang, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, hingga Sriwijaya FC. Total, Nova bermain profesional hampir dua dekade dan sempat membela Timnas Indonesia dengan 12 caps antara tahun 2008–2010.
Sebagai bek tengah, Nova dikenal disiplin dan tak kenal kompromi. Karakter ini kemudian terbawa dalam gaya kepelatihannya: tegas, terstruktur, dan penuh perhitungan.
Setelah gantung sepatu pada 2015, Nova langsung melangkah ke dunia kepelatihan. Ia memulai dari bawah—sebagai asisten pelatih di Pelita Bandung Raya, hingga akhirnya bergabung dengan staf kepelatihan Timnas di era Indra Sjafri dan Shin Tae-yong. Nova ikut membesut Timnas U-19, U-23, hingga Timnas senior, menyerap ilmu dari pelatih-pelatih top Asia itu.
Pada 2023, PSSI menunjuk Nova sebagai pelatih kepala Timnas U-17. Banyak yang menaruh harapan, tak sedikit pula yang meragukan. Namun, Nova menjawabnya dengan prestasi: mengantar Timnas U-17 lolos ke Piala Dunia setelah menyingkirkan tim-tim kuat seperti Korea Selatan U-17, Yaman U-17, dan Afghanistan U-17 di ajang Kualifikasi Piala Asia.
“Yang saya tanamkan ke pemain adalah disiplin dan percaya diri. Kami bukan yang terbaik, tapi kami bisa jadi yang paling siap,” ujar Nova dalam salah satu wawancaranya.
Prestasi ini menjadi sejarah baru, sekaligus bukti bahwa Nova bukan sekadar ‘anak pelatih legendaris’, tapi kini berdiri sebagai arsitek muda yang berpotensi membentuk masa depan sepak bola Indonesia.
Nova bukan tipe pelatih yang gemar sorotan. Ia lebih suka bekerja diam-diam, mendampingi pemain dari dekat, memperbaiki kesalahan mereka satu per satu, dan merayakan kemenangan secara sederhana. Namun di balik itu semua, sepak bola Indonesia kini bisa tersenyum karena hadirnya sosok pelatih muda yang visioner.
Langkah Nova Arianto baru dimulai. Tapi jelas, jejaknya sudah meninggalkan makna besar untuk generasi mendatang.