TERASBERITA.ID, CIBUBUR – Tepat di hari Selasa pagi, menjelang siang (01/11/22), matahari cukup terang bersinar. Ribuan santri Attaqwa Putra, Bekasi, berjejer, berbaris keluar asrama pondok dengan mengenakan seragam serba coklat, berdasi kacu merah putih.
Para santri yang usia rata-rata masih ABG terlihat bergegas menaiki tangga besi mobil truk Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dengan antri, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Tak ada kasta di tempat duduk mobil tentara. Tak ada AC, yang ada hembusan angin dari sudut kota. Come On Boys !
“Pasukan” santri ini meluncur tanpa hambatan lalu lintas apalagi lampu merah (siapa yang berani berhentikan mobil truk tentara? cari penyakit ente).
Rombongan mobil gagah itu melesat ke Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur. Santri ditemani para guru yang ikut sekalian merefresh pikiran, kakak pembina yang sesekali cuci mata lihat pemandangan alam dan keindahan lainnya, serta sang sopir dari kesatuan tentara Indonesia. Jangan lupa ngopi Komandan.
Di barak penginapan, para santri bakal menginap selama dua malam. Mental mereka ditempa oleh cuaca dan kondisi panas dan hujan. Semoga badai tak datang. Ini momentum santri waktunya bersahabat dengan alam, mengkaji kebesaran Tuhan. Pantang pulang, sebelum pembina balik duluan.
Untuk titik lokasi (silahkan buka google maps), santri attaqwa putra menempati sekitaran pintu masuk utama. Tepatnya di Camp 1. Ada puluhan barak siap menyambut para santri calon-calon peserta kemah. Semoga kalian kuat, kuat santriku sayang.
Setelah sholat zuhur berjamaah dan santri santap siang bersama, para guru juga ada. Tak lama kemudian, tiba acara pembukaan perkemahan pramuka, dipimpin langsung oleh Pimpinan Pondok Attaqwa Putra, KH Husnul Amal, lulusan Kampus Maroko. Beliau ini sahabat dekat Ustadz Abdul Shomad, kabarnya sekelas malah, soalnya gelar belakangnya sama, yakni D.E.S.A (hanya sekedar informasi tambahan, jika salah mohon dibenarkan).
Sebelum membuka resmi acara perkemahan. Pimpinan pondok Attaqwa Putra ini menceritakan tentang asal muasal Pramuka di bumi Nusantara, Indonesia. Ceritanya lumayan panjang, lain waktu jika ada kesempatan bakal ditulis oleh juru tulis Habibulloh.
Singkat cerita, selepas salat Asar berjamaah, para santri berbaur ikut berbagai lomba. Di antaranya, paskibraka (baris berbaris) dan pionering (bikin tandu, membuat menara pandang, bukan untuk memandang wanita dari kejauhan).
Seperti kata pepatah kuno, ada pembukaan pasti ada penutupan. Nah, ini sesi doa ditutup oleh KH Abd Fatah Khoir jebolan Pesantren Gontor yang mengajar bahasa arab di pesantren Attaqwa. Sekali Attaqwa tetap Attaqwa. (Video lagu nanti menyusul. Insyaallah).
Semoga tulisan ini sudah layak dan sudah sopan. Jangan pulang sebelum mobil truk TNI datang.
Jika ada sumur di ladang, boleh lah Abang Habib menumpang mandi, jika ada kata yang kurang, boleh lah nanti ditulis ulang lagi.
(Habibulloh Putra Cikarang)