TERASBERITA.ID – Dahulu, ada tiga nama guru yang pernah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Attaqwa 10 Nurul Huda, Kampung Pengarengan, Kaliabang Tengah, Bekasi Utara. Mereka itu, Guru H. Abu Ya’la, Guru Ubaidillah, dan Guru Tsuwaibatul Aslamiyah (Guru Ibah).
Selain Pimpinan Kepala Sekolah, yakni Guru Muhammad Alwi bin Royani, ketiga guru ini bisa dikatakan sebagai guru yang sangat berjasa mengajar, mendidik para murid yang sekolah di MIA 10 Nurul Huda dari zaman ruang kelas hanya tiga lokal. Kelas 1 sampai 3 MI.
Pada era 90-an, mereka sudah mengajar di sekolah madrasah tertua di Kaliabang Tengah tersebut. Sekolah madrasah ini dinahkodai oleh Almarhum Guru KH. Mummad Alwi bin Royani.
Madrasah kala itu, murid yang sekolah harus masuk dari kelas Nol. Sebelum memasuki kelas 1 MI. Maklum, saat itu sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) belum ada.
Kelas Nol dan kelas 1 diajarkan oleh guru H. Abu Ya’la. Kelas nol itu masuk dari pagi, pulang jam setengah sepuluh. Kemudian masuk kelas 1 MI. Berhubung hanya satu kelas, muridnya banyak. Jadi bergantian masuknya.
Kelas 2 MI diajarkan oleh guru Ubay panggilan akrab guru Ubaidillah. Beliau ngajarnya tekun, sabar dan jarang marah. Pada saat itu penulis ditunjuk jadi Ketua Kelas mulai dari kelas 1 sampai penulis kelas 3 MI.
Ada kenangan, kadang kalau guru Ubai belum dateng ke sekolah, kita suka maranin kerumahnya, ramai-ramai jalan bareng ke rumah guru Ubai.
Itu salah satu kisah yang berkesan bagi penulis. Selain mengajar di sekolah madrasah, beliau juga ngajar ngaji usai salat maghrib.
Uniknya tempat ngaji itu di ruangan kelas 2 MI, dari tahun ke tahun tidak pernah pindah ruangan. Cara memberhentikan bocah baca alquran juga unik, guru Ubai hanya menjentikan jarinya ke meja, itu tanda gantian baca alquran.
Maklum, bocah kampung pengarengan saat itu antri baca alquran, sambil duduk di bangku sekolah nunggu giliran setor mengaji.
Selain guru Ubai ada juga guru ngaji lainnya, yakni Baba Haji Madinah dan Guru Ery As’arih. Dua Guru ngaji ini lain waktu bakal kita ulas.
Lanjut tentang guru yang mengajar di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Attaqwa 10 Kp. Pengarengan.
Nah, di kelas 3 MI ada guru Ibah panggilan akrab ustadzah Tsuwaibatul Aslamiah. Ini guru perempuan satu-satunya saat itu.
Cara beliau mengajar ke-ibuan. Ramah dan baik, kadang tegas jika ada murid yang bandel.
Kebetulan rumah penulis dekat dengan guru Ibah. Sering bantu bikin es mambo, sering diupahin uang buat jajan hasil bantuin jualin es mambo. Keliling jualin es mambo pakai termos bareng kawan sepermainan yakni Yazid almarhum.
Masih banyak kisah para guru terdahulu yang mengajarkan murid-muridnya. Dari belum bisa membaca dan menulis, hingga pandai.
Dari belum bisa mengaji, hingga bisa baca alquran. Dari belum bisa menghitung, kini bisa lancar mencatat jumlah uang.
Kini, guru H. Abu Ya’la, Guru Ubaidillah, Guru Ibah telah tiada. Meninggalkan sejarah, meninggalkan jejak kebaikan dan jasa pengabdian sebagai seorang guru.
Guru yang ikhlas mengajar di Madrasah Ibtidaiyah 10 Kp. Pengarengan, Kaliabang hingga akhir hayat. Terima Kasih Guru.
(Mahpuddin)