TerasBerita.ID-Kepala Perwakilan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching Malaysia, Yonny Tri Prayitno, ingatkan Satgas Covid-19 mewaspadai masuknya virus corona varian MU di jalur tikus perbatasan Aruk.
Apalagi jelang libur natal dan tahun baru Desember nanti. Pengawasan jalur tikus perbatasan Aruk-Serawak Malaysia harus diperketat.
“Jalur tikus itu yang membuat kita sulit mendeteksi dan mengantisipasi. Pak Presiden berpesan agar pintu masuk negara dijaga ketat jangan sampai jadi pintu masuk varian baru yakni varian MU,” kata Yonny Tri Prayitno, usai silaturahmi dengan Pemerintah Kabupaten Sambas menjelang purna tugas di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk, Kecamatan Sajingan Besar, Sabtu (25/9/2021).
Menurutnya, dengan munculnya varian baru Covid-19 tersebut, otomatis PLBN Aruk akan jadi sorotan semua pihak, selain PLBN lainnya di Indonesia. Apalagi di masa pandemi ini, banyak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang masuk melalui jalur tikus.
“Untuk mencegahnya, harus ada interkoneksi antar KJRI, PLBN dan Pemda. Kami merasa selama ini masih ada masyarakat yang masuk ke Malaysia melalui jalur tikus. Itu dikarenakan kurangnya pemahaman mereka tentang PMI yang sesuai prosedural. Jika mereka terus keluar masuk lewat jalur tikus. Varian MU bisa lolos dari sana,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Sambas, Satono mengatakan, progres penanganan pandemi Covid-19 di Kabupaten Sambas selalu dia sampaikan ke Gubernur Kalbar, Dewan Ketahanan Nasional dan Menteri Perhubungan secara berkala.
Dia mengakui, banyak kendala yang dihadapi pemerintah daerah dalam penanganan pandemi Covid-19 terhadap PMI. Terutama masalah fasilitas karantina yang tidak memadai di perbatasan Aruk-Malaysia.
“Lokasi karantina kita masih minim fasilitas. Ditambah lagi banyak PMI yang keluar masuk Malaysia lewat jalur tikus. Tapi saya apresiasi Satgas Covid-19 Sambas, mulai dari pemerintah daerah, TNI, Polri semuanya tidak pernah berhenti bekerja dan selalu siaga,” katanya.
Satono menyebut, saat ini Sambas kembali naik jadi zona oranye dan menerapkan PPKM Level 3. Sebelumnya, Sambas pernah zona merah dan turun ke zona kuning. Satgas Covid-19, selalu gencar mensosialisasikan vaksinasi massal ke masyarakat.
Namun yang menjadi masalah adalah, ketika masyarakat sedang bersemangat untuk divaksin, justru stok vaksin di daerah tidak mencukupi. Penambahan stok vaksin sudah sering disampaikan ke Pemprov Kalbar. Namun penambahan itu menjadi kewenangan pemerintah pusat.
“Sekarang Sambas kembali lagi zona oranye. PPKM Level 3 diberlakukan. Tapi tidak apa-apa, walaupun kita berharap Sambas zona hijau. Kita sebenarnya masih minim cakupan vaksinasi. Hal itu disebabkan karena barangnya tidak ada,” katanya.
“Saya sudah bilang, vaksin itu tidak bisa di bagi rata. Populasi masyarakat di Sambas itu terbesar kedua setelah Kota Pontianak. Tiga kali lipat penduduk Kota Singkawang. Sudah pasti kebutuhan kita lebih banyak,” sambungnya.
Satono tak menampik, selama masa pandemi, PMI keluar masuk Sambas-Malaysia dari jalur tikus. Itulah yang selama ini menjadi tantangan semua stakeholder.
“Saya yakin, Satgas Covid-19 Sambas selalu kompak dan siaga. Saya sebagai kepala daerah Sambas meminta, harus ada komitmen yang dibangun antara Sambas dan Malaysia soal penanganan PMI di saat pandemi ini. Apalagi Sambas adalah penyumbang terbesar pahlawan devisa di negeri Jiran,” pungkasnya.
Ahli Epidemiologi Poltekes Kemenkes Pontianak, Malik Saepudin meminta Pemerintah Provinsi Kalbar tak lengah hadapi ancaman virus corona varian baru B.1.621 atau MU.
Perketat protokol kesehatan (Prokes) di setiap pintu Kalbar harus dilakukan. Terutama pintu masuk wilayah perbatasan Malaysia. Dia berharap upaya perketat prokes di tiap pintu masuk konsisten dijalankan pemerintah.
“Hal inilah yang harusnya dilakukan untuk mengatisipasi kasus import virus corona varian MU,” ucap Malik Saepudin.
Menurutnya, laporan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, virus corona varian Mu ini kebal terhadap vaksin. Varian ini pertama kali terdeteksi di Kolombia awal tahun lalu.
Kini varian MU itu disebut telah menyebar ke 40 negara. Bahkan sudah menyebar ke Amerika Serikat, beberapa bagian Eropa dan Amerika Selatan, termasuk Jepang.
“Kehadiran varian MU ini menjadi perhatian setelah WHO memasukkan varian Mu ke dalam kategori Variant of Interest (VOI),” jelas Malik.
Meski demikian, para ahli sepakat menilai, varian MU tidak menyebabkan terlalu berbahaya seperti varian delta. Sebab infeksi varian ini hanya menyumbang sebagian kecil dari seluruh kasus global.
Walau demikian, upaya antisipatif harus terus konsisten dilakukan. Sebab, jika kasus import tersebut sudah transmisi lokal akibat kelengahan, maka sangat sulit penangannya.
Untuk mencegah ancaman itu, langkah yang harus dilakukan Pemprov Kalbar harus sejalan Undang-undang (UU) Karantina Kesehatan, Nomor 6 tahun 2018.
Upaya pemprov juga sudah dituangkan dalam 23 produk hukum. Salah satunya Peraturan Gubernur (Pergub) khususnya terkait dengan mobiltas penduduk dan pemantauan ketat pintu perbatasan. Carana ini perlu dilakukan sejak dini.
“Sudah sangat tepat agar tidak terprosok untuk kedua kalinya pada masalah yang sama, yaitu ketika keterlambatan mendeteksi,” kata Malik.
Selain itu, pengawasan di bandara harus diperkat. Jangan ada lagi kasus kecolongan petugas dengan memasukkan penumpang dengan membawa dokumen PCR bodong alias palsu. Sebab, jika itu masih terjadi, maka berpotensi terjadi lonjakan kasus impor varian baru.
“Ini tentu sangat mengkawatirkan kita semua,” ujarnya.
Malik mengimbau pemerintah berikan perhatian serius terhadap ancaman varin MU ini. Penanganan harus dilakukan secara menyeluruh. Jangan sampai terpolarisasi oleh kepentingan bisnis, pariwisata dan ekonomi, yang cenderung mengabaikan penanganan pandemi di Kalbar.
Di sisi lain, dia juga mendorong upaya tracing, testing dan treatmen terus dilakukan. Termasuk mendisiplinkan masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Selain itum percepatan vaksinasi harus terus digencarkan. Sebab, vaksin akan meningkatkan kekebalan tubuh.
“Semoga pola pencegahan semakin baik dan terarah oleh pemerintah daerah dan pusat secara nasional, di didukung seluruh komponan masyarakat,” pesannya.