TERASBERITA.ID – Sebagai penikmat sepakbola, saya turut menyaksikan opening ceremony Piala Dunia 2022 di Qatar ahad tadi. Pada setiap pembukaan agenda empat tahunan tersebut, kita pasti melihat keunikan dan budaya yang ditampilkan oleh tuan rumah penyelenggara.
Ada hal unik yang saya notice dari acara yang meriah tersebut. Nggak, bukan penampilan Jungkook BTS yang tadi saya skip melainkan pembacaan Surah al-Hujurat ayat 13 oleh Ghanim al-Muftah yang juga dinarasikan oleh Morgan Freeman.
Ada hal unik yang saya notice dari acara yang meriah tesebut. Nggak, bukan penampilan Jungkook BTS yang tadi saya skip, melainkan pembacaan Surah al-Hujurat ayat 13 oleh Ghanim al-Muftah yang juga dinarasikan oleh Morgan Freeman.
Ayat yang dibacakan tersebut berisi tentang penciptaan manusia dari seorang laki-laki dan perempuan. Yap, laki-laki dan perempuan bukan transgender, non binary, dan berbagai gender aneh lainnya yang diciptakan dari imajinasi kaum LGBT.
Hal tersebut senada dengan kebijakan Qatar yang tidak memberi ruang bagi kaum LGBT, tak terkecuali pada pagelaran akbar ini.
Selain itu, al-Hujurat ayat 13 juga menjelaskan tujuan dari penciptaan manusia yang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku tak lain agar saling mengenal.
Karena keragaman merupakan sunnatullah, bukan agar saling terpecah belah. Saya rasa Piala Dunia merupakan salah satu momen terbesar di mana semua manusia dari berbagai kalangan melebur dalam satu area dan bisa saling mengenal.
Saya juga menyoroti dua tokoh yang dihadirkan dalam pertunjukan ini: kulit hitam (Morgan Freeman) dan difabel (Ghaniem al-Muftah), yang pasti bukan tanpa alasan; Dibenci, dibully dan didiskriminasi sering sekali mereka rasakan.
Padahal, mereka juga manusia, sama seperti kita semua. Pertunjukan tersebut sejatinya merupakan interpretasi dari al-Hujurat ayat 13 yang mengajarkan kesetaraan, toleransi, dan penghapusan diskriminasi. Tapi tentu saja bukan toleransi kepada kaum LGBT.
Yang membuat saya lebih tersentuh lagi adalah adab Morgan Freeman ketika berbicara dengan Ghanim al-Muftah penyandang disabilitas dengan duduk. Ia mendengarkan dengan seksama ayat suci yang dilantunkan oleh Ghanim al-Muftah.
Dari sini kita belajar, bahwa tidak ada manusia yang pantas berbangga-bangga dengan dirinya, apalagi sampai merendahkan orang lain.
Karena sesungguhnya, yang paling mulia di sisi Allah Swt adalah yang paling paling bertakwa, bukan yang paling banyak uangnya, jabatannya, apalagi yang hanya paling banyak followers IG nya, hehe.
Pada akhirnya, terlepas dari berbagai kontroversi yang terjadi dalam Piala Dunia kali ini, dan besarnya biaya untuk pengadaan yang mencapai 229 miliar dollar hampir 20 kali lipat Rusia 2018, dakwah islam bisa tersampaikan ke seluruh dunia melalui acara ini.
Berbagai mural bertuliskan hadits Nabi, pelarangan miras dan LGBT, hingga pembacaan ayat al-Qur’an tadi menjadi warna baru dalam dunia persepakbolaan yang ternyata bisa menjadi media dakwah Islam.
(Fayyadh Muchlis)