TERAS BERITA.ID – Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi ini semata-mata untuk beribadah. Beribadah bukan hanya ritual solat saja. Bekerja menafkahi keluarga itu ibadah. Berbuat baik sesama makhluk juga ibadah.
Selain itu juga, Allah menciptakan manusia juga sebagai pemimpin. Hal ini tertuang dalam ayat alquran Al Baqarah ayat 30, bahwa Ia akan menjadikan seorang khalifah di bumi. Dia juga mengajarkan nama benda-benda kepada Nabi Adam.
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya, Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhanmu berfirman, “Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,”.
Allah SWT juga menciptakan sifat pada diri manusia sebagian ada yang baik dan ada yang jahat.
Karena diciptakannya manusia di dunia ini adalah sunatullah, maka adanya sebagian manusia yang baik juga
merupakan sunatullah dan sebaliknya.
Baik dan buruk, benar dan salah, beriman dan tidak beriman, itu semua ada timbal balik ke diri manusia.
Di dalam diri manusia ada sifat malaikat dan sifat syaitan, Iblis. Hal itu tergantung manusianya, didikan dari orang tua, guru, lingkungan. Pada dasarnya manusia semua itu suci, namun tergantung tempaan orang tuanya, apakah si anak itu nanti menjadi baik dan buruk.
Adanya manusia yang sifatnya buruk, lantaran kita mengenal sifat manusia yang baik. Dua sisi tersebut menjadi keniscayaan Allah ciptakan manusia dengan berbagai karakter
Oleh karena tidak mungkin kita tahu ada manusia baik jika disampingnya tidak ada manusia yang tidak baik, begitupun sebaliknya.
Bukankah kita bisa menjustifikasi (menilai) bahwa si fulan itu orang baik, karna ada si fulan lainnya yang ternyata dia adalah orang yang tidak baik ( jahat ).
Justifikasi adanya seseorang yang baik dan tidak baik tentu membutuhkan parameter (ukuran ) yang jelas
dan terang.
Lalu apa ukuran yang bisa digunakan ?
Jawabannya adalah agama.
Agama sengaja diturunkan oleh Allah SWT kepada para nabi dengan tujuan agar umat para nabi menjadi
umat yang baik, sesuai dengan keinginan dan kehendak Allah yang menciptakan manusia itu sendiri.
Maka sebab itulah orang bisa dikatakan orang baik jika apa yg dilakukan dan
dikerjakannya sesuai dengan ajaran agama.
Dan sebaliknya, manusia bisa disebut tidak baik, jika segala perilaku yang diperbuatnya selalu bertentangan dengan yang diajarkan agama.
Parameter lain dari baiknya seseorang adalah ujian (teruji).
Adanya orang yang jahat adalah sebagai ujian bagi kebaikan seseorang. Orang orang baik selalu diuji seberapa besar kebaikannya itu amat bergantung dengan seberapa kuatnya dirinya bertahan atas kejahatan yang datang kepadanya dari orang orang yang berprilaku jahat kepadanya.
Ada peribahasa, kita baru tahu bahwa emas itu asli 24 karat jika sudah melalui tempaan yang keras dan panasnya api membakar dan Ia tidak meleleh. Begitu juga manusia menjadi orang baik itu butuh tempaan, butuh diuji dan butuh proses yang panjang. Jika Ia lulus bakal menjadi manusia yang berkualitas, tapi jika Ia tidak kuat ujian dan tempaan, maka bakal tumbang.
Sebab itu, adanya orang yang tidak baik dan disekeliling orang baik adalah merupakan sebuah keniscayaan.
Penulis: Ustadz Shohib, Kepala Sekolah Bina Insani dan Pengurus Yayasan Attaqwa Bekasi