TERAS BERITA.ID, BEKASI – Hujan terus menerus turun dari semalam hingga pagi, Kamis (26/05/22). Beberapa kawan mancing yakni Ade A. Mahzumi, Deros, Husnul Amal, Yahya dan Sigit sempat terlintas mengurungkan niat untuk berangkat mancing.
Begitu juga tuan rumah, Ale sapaan akrab Sulaiman Ali mengira agenda mancing bakal batal, lantaran belum ada kabar lagi.
Agenda mancing iseng-iseng ini memang sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya. Saat itu Deros dan Zumi menghubungi Ale yang sedang liburan di Puncak, Bogor, Jawa Barat, melalui saluran telepon Whatsapp.
“Le, kita mau mancing di tambak nih. Kapan ada di rumah,” tanya Deros sambil menyeruput kopi.
“Gue sih ok kapan aja bisa. Atur saja waktunya,” sahut Ale.
“Ok. Hari Kamis depan ya. Kita ngajak kawan lain juga biar rame,” timpal Zumi.
“Siaaap. Kabarin kalau nanti mau berangkat ya,” tutup Ale.
Hari yang dijadwalkan telah tiba. Tepatnya Kamis (26/05/22), kebetulan tanggal itu hari libur, beberapa kawan yang memang berprofesi guru bisa meluangkan waktunya ikut mancing.
Cuaca memang sedikit tidak bersahabat. Sisa hujan rintik masih turun membasahi tanah di Kaliabang Tengah dan sekitarnya. Namun, janji musti ditepati, apalagi sudah lama tidak ketemu Sulaiman Ale, juragan konter handphone di Muara, Bekasi.
Sekitar pukul 8 pagi. Zumi dan Deros start memacu kendaraan motor, membelah jalan raya, melewati pematang sawah yang sudah mulai menguning. Menyebrangi kali CBL dengan naik perahu eteran, memangkas waktu tempuh perjalanan.
Jam menunjukan 10.34 WIB, sampailah kami di kediaman Ale. Ternyata disitu sudah sampai beberapak kawan lainnya, Sigit, Husnul dan Yahya.
Duduk sebentar ngobrol ngalor-ngidul, sambil menyeruput kopi plus gorengan tape. Kami rapat untuk mematangkan strategi mancing nantinya. Di pililah salah satu tambak ikan bandeng di Pondok Soga.
Langsung kami menyusuri rute tambak yang telah disepakati. Motor parkir di depan warung jalan raya sekitar tambak. Kami lanjut berjalan, menyusuri jalan setapak tambak yang masih basah dan tanahnya lengket.
Tibalah, kami di salah satu tambak. Kawan-kawan langsung mengeluarkan ‘senjata’ berupa joran, kail pancing dan umpan ikan.
Mereka masing-masing memilih tempat (titik memancing) sesuai insting. Pancingan dilempar ke tambak. Tidak lama, tuan rumah, Ale mendapatkan ikan mujair jenis lohan. Lumayan besar dan cantik coraknya.
Di Susul, Guru Pacing Ade Mahzumi menarik kail pancingannya dapat ikan bandeng. Beberapa kali kail pancingannya menjerat mulut ikan bandeng.
“Streak ikan bandeng !,” ucap Zumi dengan wajah gembira.
Beberapa saat kemudian disusul Sigit, kail pancingnya dimakan”ikan tuyul’ alias mujair kecil. Meski dapat ikan mujair kecil, namun Ia rutin dapat terus. Meski dapat ikan ‘receh’ tapi Sigit hoki terus.
Selain itu, Husnul Amal juga beberapa kali terlihat mengerek pancing dapat ikan mujair, padahal dari rumah sudah ‘mengancam’ jika dapat ikan bandeng banyak, bakal dibagi ke tetangga sekitar rumahnya.
“Dapat anak mujair, tapi kecil. Alhamdulillah,” ucapnya.
Begitu juga Yahya, pria berkumis dan berpenampilan santai ini tetap asyik mengulur pancingnya ke tegah tambak.
Ia tetap santai, meski ikan bandang belum juga merapat ke kail pancingnya. Baginya mancing adalah seni, dapat bersyukur, tidak dapat ya mancing lagi.
“Tester pancingan aj dulu. Tarik ulur-tarik ulur. Kali aja dapat babon gabus,” canda Yahya.
Hari mulai siang. Perut mulai keroncongan. Tuan rumah, Ale segera memberi aba-aba menghubungi kawannya membawa makanan siang.
Di gubuk tambak, kami bersama-sama makan dengan lauk ikan mujair, sambal, sayur asam dan jengkol goreng. Luar biasa nikmatnya. Apalagi diiringi angin sepoi-sepoi sehingga beberapa kawan nambah makan. Nikmat mana lagi yang kalian dustakan.
Hari mulai sore. Sekitar pukul 16.00 WIB, kami bergegas balik ke rumah. Menyusuri jalan setapak tambak, menyebrangi jembatan kecil dengan tanah basah.
Hari ini kami sangat bahagia. Bahagia bisa bersilaturahim dengan kawan lama. Kawan semasa sekolah di pondok. Mancing dapatnya kecil-kecil dan sedikit, yang penting silaturahimnya dapat, bisa ngopi dan ngerokok dibibir tambak. Luar biasa nikmatnya.
Di penghujung jalan, kami izin pamit ke tuan rumah Sulaiman Ali. Berterima kasih atas sambutannya. Jamuannya, dan kopi hitamnya. Semoga berkah untuknya, untuk kita semua.
“Bersilaturahimlah kamu, niscaya para malaikat bersilaturahim kepadamu,”.
(Deros.D.Rosyadi)