Teras Berita.id, Jakarta – POP TB Indonesia menggelar Pelatihan dan peluncuran program TB Army : Tubercolusis (TB) hingga saat ini masih menjadi tantangan untuk segera disikapi. Kasus TB terus meningkat setiap harinya. Oleh karena itu, dukungan lintas sektor dan keterlibatan masyarakat perlu ditingkatkan dan di optimalkan untuk selamatkan Indonesia dari TBC kegiatan ini dilakukan secara hybrid di hotel Merlyn Park Jakarta dari senin hingga rabu tanggal 28-30 Agustus 2023.
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi permasalahan besar di Indonesia, penyakit menular ini semakin mengancam kesehatan masyarakat dengan adanya jenis bakteri TBC yang resisten obat (RO) yang kebal terhadap antibiotik lini pertama. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, angka pasien terdiagnosa TBC RO yang memulai pengobatan tahun 2022 masih mencapai 60%. Sebesar 46,9% dari yang belum memulai pengobatan tidak diketahui alasannya karena belum dilacak.
Menyadari permasalahan ini, Perhimpunan Organisasi Pasien Tuberkulosis (POP TB) Indonesia dan Principal Recipient (PR) Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI didukung oleh Global Fund mengembangkan pendekatan baru untuk mendukung Program TBC Nasional yang diselenggarakan Kemenkes degan membentuk TB ARMY, sebuah gerakan dari komunitas penyintas TBC RO untuk menelusuri pasien-pasien TBC RO yang belum memulai pengobatan setelah diagnosis (initial Lost to Follow-Up/iLtFU) agar mengakses perawatan TBC yang berkualitas.
“Dalam rangka mendukung peningkatan peran tim komunitas memberikan dukungan untuk pasien TBC RO, khususnya melalui penelusuran pasien yang iLtFU PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berkolaborasi dengan POP TB Indonesia menyelenggarakan pelatihan TB Army Komunitas TBC RO untuk 47 Kabupaten/Kota di 13 provinsi yang dilakukan dalam 3 angkatan, pertama di Surabaya (15-17 Agustus 2023), kedua di Medan (22-24 Agustus), dan terakhir hari ini di Jakarta (28-30 Agustus)”, jelas Budi Hermawan seorang penyintas TBC RO yang mendirikan POP TB Indonesia.
Pada kegiatan pelatihan di DKI Jakarta pada 28-30 Agustus 2023 ini, Menteri Kesehatan, Budi G. Sadikin berpesan dalam virtual “penyintas TBC merupakan aspek yang sangat penting dalam eliminasi TBC. Mereka dapat berperan sebagai role model bagi pasien TBC RO lainnya dengan menumbuhkan optimisme dan semangat untuk memulai dan menjalani pengobatan. Semoga adanya TB ARMY dapat berkontribusi maksimal dalam penelusuran iLTFU, menyasar ke seluruh pasien terdiagnosis sehingga mendukung pasien untuk sembuh. TB ARMY juga menjadi momentum yang baik untuk membuktikan bahwa Indonesia mempunyai usaha-usaha yang kuat dalam eliminasi TBC”.
Nurul Luntungan, selaku Authorized Signatory dari PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI menyampaikan, “tingginya angka LTFU membuat Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI merancang strategi dengan membentuk TB ARMY dengan mengajak relawan-relawan Organisasi Pentintas TBC (OPT) untuk berperan langsung di lapangan. Dengan pengalaman yang sama, harapannya TB ARMY dapat menginspriasi hal-hal yang dialami oleh penyintas kepada pasien TBC RO. Selain itu, adanya dukungan multisektor juga sangat penting terutama bagi media untuk membantu dalam penyebaran informasi terkait TB ARMY”
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, Imran Pambudi, TB Army adalah kegiatan pelacakan pasien terdiagnosis TBC RO yang belum menjalani pengobatan. Kegiatan TB Army berjalan dengan mengoptimalkan peran penyintas tuberkulosis dan organisasi penyintas tuberkulosis.
Dalam kegiatan ini, “orang-orang yang pernah mengalami TBC akan berbagi edukasi seputar penyakit TB kepada pasien agar segera menjalani pengobatan. Kecilnya angka pasien TB yang sudah berobat melatarbelakangi munculnya gerakan TB Army. Dengan kegiatan ini, semua pihak berharap para pasien dapat segera berobat sehingga bisa sembuh” Ucapnya
Hal ini bertujuan agar pelacakan pasien terdiagnosis TB RO yang belum memulai pengobatan lebih optimal, oleh karena itu menjadi tantangan untuk penanggulangan TBC dari banyak aspek sehingga perlu bekerja sama dalam berbagai hal untuk melakukan pemeriksaan yang berkala.
Tentunya, masyarakat juga memiliki peran aktif dalam menekan angka TBC, dengan memberikan dukungan moral agar tetap harmonis dalam kemanusian serta bisa memahami bahwa pengidap TBC juga layak mendapatkan kesempatan yang sama dalam kehidupan.