TERAS BERITA.ID, BANTEN – Tengah malam tepatnya pukul 12.59 WIB. Kami berniat untuk silaturahim sekaligus menyambangi salah satu cicit dari Syech Asnawi, Kyai Tubagus Hasan Aang.
Berangkat dengan menggunakan sepeda motor, jarak tempuh sekitar 4 jam perjalanan. Namun, saat sampai di Tanggerang, hujan rintik mulai turun. Terpaksa, kami singgah menepi di warung kopi pinggir jalan sambil
meneguk secangkir kopi hitam dan cemilan.
Tak terasa, waktu mulai masuk subuh, jam 04.30. Tidak mau berlama-lama, bergegas melanjutkan perjalanan meski hujan rintik terus membasahi sepanjang jalan menuju Banten.
Dengan kecepatan 65-75 Kilometer per-jam. Kendaraan motor melaju dengan lancar diiringi gerimis hujan. Prediksi sampai subuh gagal, lantaran hujan turun kian deras. Beberapa kali kami berhenti di tempat yang bisa kami jadikan untuk berteduh dari air hujan.
Tidak mau mengecewakan tuan rumah, Kyai Tubagus Hasan Aang, lantaran lama menunggu, kami tancap gas dengan berbalut jas hujan ala kadarnya yang dibeli dipinggir jalan.
Jarak tempuh tinggal satu kilo meter, matahari mulai terang dan suasana pesisir pantai Caringin mulai terasa. Banyak pohon kelapa menjulang tinggi dan rimbun di dua sisi jalan raya yang memanjang hingga ke bibir pantai.
Jarak tempuh mulai dekat dan sampai di lokasi tujuan, gapura kokoh bercat putih bertuliskan Makam Aulia Syech Asnawi terlihat jelas.
Sampailah kami ditujuan, tepatnya di Pesantren Al-Qur’an Syihabuddin Bin Ma’mun. Kami disambut oleh salah satu santri Kyai Tubagus Hasan Aang.
Dengan sangat ramah menyuguhkan kopi lokal yang dicampur dengan gula aren. Mantap rasanya, tidak ada di perkotaan apalagi di kafe kekinian. Nikmat apa lagi yang kami dustakan. Begitu kira-kira peribahasa dalam Islam.
Kami terpukau dengan kobong santri Pesantren Al- Qur’an Syihabuddin Bin Ma’mun. Sebab, suasana belajar, kamar santri dikonsep menyatu dengan alam.
Pendopo-pendopo darinbambu, beratap anyaman daun pohon aren begitu indah. Nyaman, sejuk dan udara segar, apalagi dikelilingi aneka tumbuhan. Bikin hati tentram, refresh pikiran. Rasanya enggak mau pulang ke rumah.
Terlihat beberapa santri putra sedang kerja bakti membersihkan batang dan daun pepohonan.
Raut muka mereka terlihat ceria, santun dan penuh semangat. Mereka mengaku tiap hari belajar Al-Qur’an, mengaji pagi, siang dan malam.
Indahnya suasana pesantren tersebut. Ada kedamaian, ketenangan batin dan jiwa santun terhadap tamu. Begitulah para santri penuh dengan adab dan kesopanan. Semakin berilmu, mereka semakin tawadhu. Ibarat Padi, semakin berisi semakin menunduk.
Semoga pewaris ulama Caringin, Banten, Syech Asnawi ini mendapatkan barokah hidup, melestarikan nilai budaya kesilaman yang rahmatan lil alamin.
Terima Kasih untuk keluarga Besar Syech Asnawi, Caringin, Banten, KH Syihabuddin Bin Ma’mun, Kyai Tubagus Hasan Aang serta para santrinya.