TERAS BERITA.ID – Sulitnya lapangan pekerjaan di Ibu Kota Jakarta membuat sebagian masyarakat memutar otak untuk menyambung hidup agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Saat pandemi, sektor usaha hampir semua lumpuh dan kegiatan jual beli menurun. Namun, tidak semua kesulitan itu membuat masyarakat putus asa.
Salah satunya, Ipul (23) sapaan akrab Hasanuddin Saiful Anwar penjual bensin eceran dipinggir jalan Banjir Kanal Timur (BKT) Karang Tengah, Tarumajaya, Bekasi, yang berbatasan wilayah dengan Ibu Kota Jakarta mengaku jualan bensin eceran sudah empat tahun lamanya.
Suka duka berjualan bensin eceran tentu pernah dialami lelaki berkulit sawo matang dan berambut gondrong asal Sumenep, Madura, Jawa Timur.
“Jualan bensin eceran udah empat tahun, dari tahun 2017. Alhamdulillah sudah ada tiga cabang. Sehari menghabiskan satu jerigen sebanyak 35 liter. Perliter Rp 10.000 rupiah, kita hanya mengambil keuntungan Rp2000. Modal gerobak sekitar Rp 11 juta sudah dapat izin dari pihak Pertamina buat jual bensin eceran. Omzet perbulan sekitar Rp2-3 juta rupiah,” turur Ipul saat ditemui beberapa waktu lalu.
Lebih jauh, Ia mengaku usaha bensin eceran ini dirintis berawal dari orang tuanya yang memang profesi utama pedagang sembako. Jualan bensin hanya usaha sampingan saja, penunjang pemasukan sehari-hari.
“Stok bensin perhari ada lima jerigen. Tapi saat pandemi Covid-19, perhari cuma bisa jual satu jerigen. Pada saat pandemi penjualan menurun sekitar Rp 700 ribu. Saya jualan tiap hari dari jam 6 pagi, tutup jam 9 malam,” beber Ipul.
Selain itu, Ia juga mengaku pernah mengalami duka ketika turun hujan di pagi hari ketika sedang ramai pembeli orang berangkat kerja. Lantaran hujan, otomatis tidak ada yang mampir dan membeli bensinya. Apalagi ketika ada razia satpol PP, pernah kena tilang lantaran melanggar peraturan.
“Pernah kena razia, KTP disita, diambil di pengadilan. Berdagang bensin eceran di pinggir jalan beresiko besar,” kisahnya.
Bukan hanya itu, dirinya pernah mengalami kejadian di tabrak sepeda motor, lantaran pengemudi roda dua tersebut sedang ngantuk. Tapi beruntung bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
Lelaki yang tercatat sebagai salah satu mahasiswa jurusan komunikasi di kampus swasta di Jakarta ini berharap kedepannya ada perubahan nasib lebih baik lagi.
Dengan bekal ilmu yang didapat di bangku perkuliahan kemungkinan Ipul bakal banting setir demi mensejahterakan keluarganya. Entah .e jadi pegawai di perusahaan, bahkan jadi guru.
“Ingin sih, biar bisa lebih baik dari ini. Bisa membahagiakan orang tua,” tutup Ipul.
(Adew, Mahasiswi KPI STAI Indo)