Teras Berita.ID – Indonesia kaya akan tradisi, adat istiadat dan budaya. Ragam seni juga tidak kalah banyaknya, jika dihitung mungkin ada ratusan kesenian asli Indonesia. Di antaranya seni khas Betawi, Jaipongan, mungkin anak sekarang masih asing dengan kesenian tersebut, lantaran tergerus oleh perkembangan zaman.
Generasi penerus sudah mulai acuh dan mungkin gengsi, lantaran budaya nenek moyang dianggap jadul, kuno dan ditambah ada budaya yang lebih kekinian. Namun, hal ini tidak 100 persen benar, ada sebagian generasi penerus di daerah masih melestarikan seni nenek moyang mereka, salah satunya Jay alias Kubil alias Habibilah.
Pemuda asal Bogor Sero, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi berumur 21 tahun ini lahir pada era milenial, generasi yang semua tersedia, serba instan.
Ia mengaku bahwa darah seni itu menurun semenjak kecil dan trah dari sang kakek. kakeknya dulu pemain musik rebab. Musik pengiring kesenian ondel-ondel khas Betawi.
“Dari kecil udah suka sama alat gendang jaipongan. Suka ajah, perasaan adem kalau mainin gendang,” kata Habib.
Bermula ia berkisah, kegemaran dan keahlian menabuh gendang jaipong ini lantaran ada beberapa alat gendang di rumahnya yang tak terpakai. Iseng-iseng Habib belajar secara otodidak, dan bisa bisa mengiringi alunan musik. Jari jemarinya lentur saat menabuh gendang jaipong tersebut. Taak, taak, taak, dung..dung, tratak,taak. Seperti itulah ia menirukan irama gendang yang dimainkannya.
“Saya mainin gendang kadang tiga gendang sekaligus, gendang indung, gendang kulanter, gendang talipung. Di rumah kalau lagi gabut, bete, jenuh, saya mainin. Hati jadi ceria lagi,” katanya dengan nada polos.
Kadang juga Ia suka merekam aksinya, dan di share di media sosial. Tapi belum ada kepikiran untuk bikin konten yutube, sebab belum ada modal dan musti mahir bermain diranah digital.
“Iseng-iseng ajah posting di medsos. Saya masih malu bikin video. Nanti kali ya kalau udah siap tekenal,” kelakar pria yang masih berstatus single ini.
Habib pernah bercerita, bahwa pernah ditegur oleh orang tuanya lantaran hobinya itu tidak lazim dari anak-anak seusianya. Namun, dengan santai dirinya menjawab bahwa itu adalah pilihannya.
“Dulu pernah orang tua pernah tanya, elu orang-orang minta beliin motor, malah minta beliin gendang jaipongan. Apa kagak salah?,” cerita Habib menirukan ucapan orang tuanya pada kala itu.
Pria bertubuh tegap dan berkumis tipis ini mengaku bahwa kecintaan terhadap alat gendang jaipongan tak bakal luntur meski jaman telah berubah. Baginya, warisan seni leluhur itu musti dilestarikan dan dikenalkan ke masyarakat secara luas.
“Kalau bukan kita yang melestarikan. Siapa lagi?. Peribahasanya, jangan sampai mati obor seni jaipongan. Kalau perlu bisa tampil ke luar negeri,” ungkap Kubil panggilan gaul Habib jika di panggung jaipongan.
Ada kisah suka dan duka dari anak sulung dua bersaudara ini. Pertama, soal manggung pernah tidak dibayar, dan hanya dikasih nasi bungkus saja setelah tampil. Padahal dirinya main gendang jaipongan dari pagi sampai sore hari. Tapi dirinya tetap happy dan dibawa santai saja.
“Pernah cuma dikasih nasi bungkus aja. Tapi enggak apa-apa, itung-itung nambah pengalaman dan bisa tampil di depan banyak orang. Tes mental,” tuturnya.
Derita itu sudah berlalu, kini Ia mulai dapat job panggilan manggung bersama tim jaipong, yang terdiri dari dalang, sinden serta para pemain musik pengiring. Kadang dalam sebulan bisa beberapa kali show, meski masih di wilayah jabodetabek.
“Alhamdulillah, sekarang kadang dapat orderan manggung. Lumayan buat uang jajan dan ngasih ke orang tua,” senyum sumringah Habib.
Habib berharap seni Jaipongan ini bisa Go Internasional dan dikenal oleh berbagai kalangan. Sehingga kesenian asli Indonesia tidak punah, apalagi diambil, diakui oleh bangsa luar.
“Mudah-mudahan bisa main (tampil) ke luar negeri. Kesenian kita jangan sampai hilang, apalagi diambil orang,” harap Habib.
Di penghujung obrolan, Ia bertekad bahwa kesenian jaipongan Betawi ini bakal dilestarikan dijaganya sampai usia tua dan bisa mewariskan ke anak cucunya. Begitu cintanya Habib dengan gendang jaipongan, sampai-sampai dirinya rela menghabiskan waktunya hingga tua.
“kalau sudah cinta, pasti kita berkorban deminya. Begitu juga saya udah cinta dengan gendang jaipongan, sampai akhir hayat bakal saya mainkan,” tandas habib.
Sekedar infomasi, alat musik khas Betawi gendang adalah sebuah alat musik sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Acara jaipongan juga biasanya diiringin tabuhan gendang saat para sinden berlengak lenggok di atas panggung. Irama gendang mebuat suasana syahdu sekaligus sakral.
Gendang selalu digunakan dalam pertunjukan musik tradisional, tidak hanya di Betawi saja namun suku-suku lain juga mengikutsertakan gendang sebagai alat musik inti dalam pertunjukan.
Walaupun demikian, banyak juga masyarakat tidak mengetahui bahwa alat ini merupakan alat musik tradisional dari Betawi. Cara memainkannya hampir sama dengan alat musik tifa yaitu dengan cara dipukul sesuai tempo dan iringan lagunya.
Berikut video saat Habib memainkan gendang jaipongan khas kesenian Betawi: