TERAS BERITA.ID, JAKARTA (Liputan Khusus) – Beberapa tahun lalu fenomena tranding batu cincin marak di tanah air. Mulai batu jenis bacan, pandan, hingga jenis akik terlihat penjual bertebaran disepanjang sisi jalan. Omset dari jual beli batu cincin bahkan sampai puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah.
Kini, para pedagang batu mulia itu sepi pelanggan. Konsumen mulai surut, berganti trend yang baru, salah satunya tanaman hias pohon janda bolong. Seperti itulah budaya warga 62 alias Indonesia, ikut-ikutan trend.
Sebagian orang Indonesia memang suka ‘kagetan’ dengan berita yang viral, apalagi yang menghasilkan cuan (uang). Orang ramai-ramai berbondong-bondong mencari dan membeli, menjual dan menyimpan barang tersebut. Semisal, dulu sempat heboh, pohon hias alogritma yang harganya ratusan juta, hingga pohon janda bolong, harganya selangit belum lama ini viral diperbincangkan.
Hasan (46), salah satu pedagang batu dan asesoris cincin sempat mengenang kisah manis, meraup keuntungan dari hasil jual batu cincin. Dulu, sehari Ia mengaku mengantongi uang jutaan rupiah dari berjualan batu cincin tersebut.
“Wah, dulu mah waktu lagi rame dagang, saya bisa untung jutaan. Bahkan sebulan bisa beli apa saja dari keuntungan jualan batu,” kenang Hasan saat berbincang dengan jurnalis teras berita.id, beberapa waktu lalu.
Pria kelahiran Kuningan ini merasa bahwa berjualan batu cincin selain hobi bisa juga menjadi sumber mata pencarian keluarga. Menambah pundi-pundi pemasukan dapur.
“Saya selain hobi batu juga memang niat jualan segala macam jenis batu cincin dan jual juga asesorisnya. Lumayan buat pemasukan keluarga dan jajan anak sehari-hari,” ujar Hasan.
Namun, seiring waktu berjalan. Animo masyarakat membeli batu cincin kian memudar dan para penjual batu cincin sebagian gulung tikar. Hanya yang benar-benar hobi saja masih eksis bertahan, termasuk Hasan yang tetap istiqomah berjualan dipinggir jalan rel kereta api dekat Pasar Kranji.
“Sekarang ini paling kebanyakan orang cuma ganti ikatan cincin. Kalau beli batu udah jarang,” keluhnya.
Ia menambahkan, bahwa trend batu cincin sudah bergeser ke trend baru. Budaya sebagian masyarakat Indonesia memang mengikuti trend yang berkembang di jejaring sosial.
“Yah, jualan batu cincin kan memang ngikutin trend. Hanya yang benar-benar hobi batu saja yang masih setia membeli, biasanya hanya waktu lebaran saja yang lumayan ramai pembeli” jelasnya.
Pria berambut gondrong ini berharap, trend batu cincin kembali lagi, sehingga Ia tetap berjualan sekaligus merawat hobinya.
“Mudah-mudahan bisa rame lagi ya kayak dulu. Meski kondisi sekarang sepi pembeli, saya tetap berjualan batu cincin. Hobi batu ini yang membuat saya bertahan sampai sekarang berjualan,” pungkasnya.
Selain itu, belum lama ini juga trend jual beli pohon janda bolong mewabah ke warga 62 alias masyarakat Indonesia. Mereka berbondong-bondong mencari, membeli, menjual pohon tersebut.
Pohon Janda Bolong yang bahasa latinnya Monstera adalah salah satu tanaman hias, saat ini menjadi salah satu paling populer dan banyak digandrungi.
Bahkan, harganya pun dijual dari yang masih berbentuk bibit ratusan ribu, hingga yang berukuran besar mencapai puluhan juta rupiah.
Lantaran harganya mahal, bahkan, ada orang yang menyusuri hutan, perkampungan, demi mendapatkan pohon janda bolong. Batu cincin dan pohon janda bolong sudah lewat masanya. Entah esok apalagi yang bakal booming di tengah-tengah warga 62.
Silahkan, nikmati hobi masing-masing dan jangan lupa bahagia dan ngopi.
(Deros/Dede Rosyadi)