TERASBERITA.ID, BEKASI – Kisah nama kampung memang selalu menarik untuk diketahui. Tiap nama kampung di daerah pasti punya sejarah. Sejarah kisah cerita dari turun temurun lelurhur tentang sebuah penamaan, mula penamaan jalan, hingga penamaan sebuah kampung.
Kampung Kaliabang Poncol. Ya, kampung poncol yang terletak di Kaliabang Tengah, Bekasi Utara. Konon, kampung itu dulunya hanya ditempati beberapa orang saja. Lokasinya yang mojok, terpencil dari kampung sekitar. Sebab itu, orang dulu menyebutnya, moncol-moncol alias terpencil.mojok jauh dari kampung sekitar.
“Dulu itu kampung poncol, kecil kampungnya. Lokasinya juga mojok terpencil. Yang tinggal disitu cuma beberapa orang ajah,” kata Sobur (43), warga asli Kampung Poncol Kaliabang Tengah, Bekasi, saat berbincang dengan infobekasi.co.id, Kamis (29/12/2022).
Masih kata Sobur, leluhur kampung Poncol Kaliabang diantaranya, Almarhum Haji Sian atau Haji Sakir, Haji Nami, Limar. Mereka itu ceritanya yang pertama kali menempati kampung tersebut. Tahun berapa, pertamakali leluhur berdiam di kampung tersebut?, Sobur belum tahu secara pasti, sebab saat itu arsip pencatatan masih minim.
“Dulunya begitu, cerita dari turun temurun. Soal tahun saya belum dapat.Yang pasti sebelum zaman kemerdekaan Indonesia, Kampung Poncol Kaliabang sudah ada,” katanya.
Pada umumnya, dahulu masyarakat Kampung Poncol mata pencariannya sebagai petani, bertani di sawah dan ada juga yang memiliki kobak (kolam ikan). Kebanyakan kobak diisi Ikan jenis lele jumbo. Tanahnya lebar dan luas-luas.
“Selain buat pelihara ikan (ternak), ada juga kobak yang dibikin buat jamban (WC). Maklum, saat itu kan kalau buang air belum ada WC,” kenangnya.
Lelaki paruh baya ini menuturkan, soal pendidikan masyarakat sekitar, pada umumnya dirinya dan para remaja kampung poncol saat itu, sehari-hari belajar mengaji alquran ke guru Muhammad Alwi Kaliabang Pengarengan dan Guru Tadmidji Kaliabang Lomomotif.
“Dulu tuh, kita pada ngaji ke” kampung tetangga. Ngajinya sama guru Alwi dan Guru Tadmiji. Saat itu guru ngaji masih langka. Kita pada ngaji dah ke kampung lain,” ucap Sobur yang pernah mengenyam bangku sekolah madrasah tersebut.
Bahkan, zaman itu masyarakat sekitar menggelar pernikahan masih satu kampung. Jodoh satu kampung, paling jauh dapat jodoh orang kampung seberang alias kampung tetangga.
“Orang sini (Poncol), kalau nikah masih satu kampung. Masih butekan sini (blok). Paling jauh, ya sama kampung sebelah. Masih sekitar Kaliabang dah,” seloroh Sobur sambil menyeruput kopi mengenang masa lalu kampungnya.
Sobur lahir di Kampung Poncol, saat itu tahun 1070-an, kampungnya masih sepi. Jalan masih tanah, sekeliling kampung masih hamparan sawah. Pada tahun 2000, Kampung Poncol mulai dipadati penduduk dari luar. Perumahan mulai berdiri mengelilingi kampung sekitar, jalan sudah diaspal, kendaraan motor dan mobil mulai berjejal, sawah berubah menjadi kawasan rumah dan sekotor usaha.
“Kalau dulu Kampung Poncol itu mojok, kecil. Tapi sekarang malah di tengah-tengah perumahan. Ya, itu lah perkembangan zaman. Zaman boleh berubah, tapi kita kudu ingat sejarah kampung kita, dari mana kita berasal,” tutup Sobur dengan mata berbinar.
(Dede Rosyadi)