TERAS BERITA.ID – Dahulu secara massal Aduk Bedug dan Ngarak Dondang terpisah. Ngarak Dondang digelar ketika merayakan HUT RI, diarak oleh seluruh Warga Desa Mustikajaya menuju lapangan Desa yang hari ini menjadi Stadion Mini H.Natrom Nursyamsu.
Kemudian isi dari pikulan Dondang tersebut menjadi rebutan rakyat untuk diambil dan dimakan bersama dengan harapan berkah penuh syukur, dan malam harinya ada pertunjukan Wayang Golek sebagai hiburan kemerdekaan bagi Rakyat.
Ngarak Dondang sebetulnya adalah merupakan kebiasaan masyarakat dalam acara gelaran Pernikahan, Dondang bagian dari syarat bagi keluarga Penganten Perempuan (ngebesan) ke Penganten Lelaki, hal ini dilakukan sebagai balasan dari Keluarga Penganten Perempuan kepada Penganten Lelaki yang telah membawa seserahan, dan dengan segala isi masakan dan makanan yang ada dalam satu pikulan Dondang.
Setelah sampai di rumah Besan maka segala masakan tersebut dihitung secara perkiraan berapa biaya keseluruhan dari masakan dan makanan yang dibawa, kemudian dinilai dengan uang atau bahasanya disebut “Gegawan Nganten”, setelah itu diuangkan dan uangnya diserahkan kepada keluarga Penganten dari Keluarga Penganten Lelaki.
Lalu Adu Bedug digelar ketika merayakan Idul Fitri, dilaksanakan masih dalam bulan Syawal sebagai puncak silaturahmi rakyat di Desa Mustikajaya. Semua tumpah ruah di lapangan Desa Mustikajaya, menyaksikan kebolehan para jago Bedug memainkan kebolehannya menabuh Bedug.
Dan kemudian atas tradisi tersebut, pemerintah memadukan kedua hajatan rakyat dalam satu waktu di bulan Syawal, dengan satu judul pagelaran Adu Bedug dan Dondang.
Pagelaran tersebut diinisiasi oleh Kong Haji Natrom Nursyamsu ketika menjabat sebagai Kepala Desa Mustikajaya, dan kemudian diadopsi oleh Kecamatan Mustikajaya sebagai hajatan rakyat di Kecamatan Mustikajaya.
Hajatan rakyat ini adalah bentuk pelestarian Tradisi Budaya Bekasi yang merupakan apresiasi dan penghormatan terhadap para leluhur dalam menjaga warisan mereka.
Ini merupakan momentum bagi kita semua untuk terus menjaga, melaksanakan dan melestarikan tradisi dan budaya Bekasi.
Harapan saya dan mungkin ada juga yang berharap seperti saya, agar Mustikajaya dijadikan Kampung dan Cagar Budaya Bekasi.
(Endar Hifdzuddin Maemunandar)