TERAS BERITA.ID – Manusia diuji dengan rasa lapar, haus dan ketakutan. Begitu dalam satu ayat Alquran. Kisah ini mirip dengan kisah nabi Yusuf kepada Julaikha. Nabi Yusuf meminta dipenjara lantaran tidak kuat menahan godaan, Ia lebih baik dipenjara, khusuk beribadah kepada Allah. Dan pada akhirnya, nabi Yusuf diangkat derajatnya oleh Allah SWT menjadi raja di Mesir.
Namun, kisah yang satu ini konteksnya berbeda tapi punya hikmah yang sama. Yakni berkah dibalik jeruji besi (penjara) membuat dirinya “dibutuhkan” mendapat kehormatan oleh para narapidana yang haus dengan ajaran agama.
Sebut saja Si Fulan. Fulan ini memang dikenal sebagai seorang ustadz di salah satu kampung di Bekasi. Sehari-harinya mengajar dan mengisi pengajian, ceramah jika ada jamaah yang gelar acara.
Lambat laun Fulan dikenal masyarakat sebagai ustadz muda yang ramah dan santun. Jaringan jamaahnya mulai meluas dan beraneka ragam.
Singkat cerita, Ustadz Fulan ini mencoba peruntungan membuka usaha travel. Ia menawarkan ke para rekan sahabat, jamaah yang dikenalnya.
Tapi jalan tidak selamanya mulus dan lurus. Ada saja cobaan yang datang. Fulan gelap mata dan terbuai dengan gemerlap dunia. Ya, gaya hidup yang memaksa membuat ustadz Fulan ini memakai uang hasil dari setoran kawan dan para jamaah.
Akibatnya, Ustadz Fulan dilaporkan ke pihak berwajib dan dijatuhi hukuman kurungan penjara selama 2 tahun dengan tuduhan pasal penipuan.
Kisah hidup baru dimulai, Ustad Fulan akhirnya mendekam di “hotel prodeo” berdinding tembok tebal. Untungnya, Ustadz Fulan ini ada yang mengenalnya di penjara. Salah satu sipir petugas penjara yang memperkenalkan Ustadz Fulan ke Ketua Geng (Kepala Preman) penjara tersebut.
Kita sebut saja kepala preman penjara ini dengan Bang Napi. Bang Napi ini kebetulan sedang mencari ustadz untuk membimbing ajaran agama Islam di penjara, lantaran hidupnya sudah divonis hukuman mati oleh pengadilan setempat.
“Alhamdulillah, akhirnya doa saya dikabul Tuhan, ada ustadz masuk penjara,” ucap Bang Napi kepada Sipir yang membawa Ustadz Fulan ke hadapannya.
Mulai dari sini Ustadz Fulan diminta untuk mengajari seluruh para narapidana dipenjara tersebut. Termasuk Bang Napi yang juga ikut belajar agama.
Ustadz Fulan ini kebetulan lulusan pesantren.Tidak sulit untuk membimbing para narapidana. Mulai dari solat berjamaah, bangun solat subuh berjamaah dan mengajari membaca doa-doa ibadah lainnya . Semua berjalan lancar, apalagi sudah ada beking dari Bang Napi kepala preman lapas. Aman dan terkendali tentunya.
Hari demi hari, bulan berganti tahun. Ustadz Fulan secara rutin mengisi tausiah, pengajian, dan buka layanan curhat soal agama untuk napi yang putus asa.
Rezeki mengalir didalam penjara, setiap bulan bahkan ustadz Fulan bisa mengirimkan uang untuk keluarganya di rumah. Uang ituh hasil dari Ia mengajar agama ke para napi. Meski dipenjara dan ditugasi mengajar, ustad Fulan dibayar secara profesional.
Mungkin awalnya ustad Fulan berpikir. Tamatlah riwayatku, masuk penjara, nama baik sudah tercoreng. Darimana bakal mendapatkan penghasilan nanti setelah keluar penjara?. Namun Allah SWT ternyata sayang kepadanya. Ia dijebloskan ke sel jeruji penjara ternyata ada hikmah dan berkah. Rezeki justeru mengalir deras, dan setelah Ia bebas bahkan ditawari mengajar di salah satu lembaga pendidikan.
“Apa yang kamu anggap buruk belum tentu buruk di mata Allah, dan apa yang kamu anggap baik belum tentu buruk di mata Allah,” begitu sabda Tuhan dalam Alquran.
Semoga dari kisah Ustadz Fulan kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah. Ujian hidup terus menghampiri silih berganti. Hanya kepada Allah lah kita berserah diri dan memohon ampun. Hasbunallah, wa nimal wakil, ni’mal maulana wanimannasir.
Penulis: Dede Rosyadi, Jurnalis dan Dosen Ilmu Komunikasi