TERAS BERITA.ID – Bulan Mei 2018, perjalanan itu seperti menguji mental. Melatih diri menahan lapar di musim dingin apalagi bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Berpuasa dengan rentang waktu lebih dari 18 jam di Negeri Beruang Merah.
Moskow menjadi titik tujuan, salah satu pusat peradaban di Tanah Rusia. Negara terluas di dunia, banyak melahirkan sastrawan hebat.
Diantaranya, deretan nama tersebut yakni: Leo Tolstoy, Anton Chekhov, Vladimir Mayakovsky, Fyodor Dostoyevsky, Maxim Gorky, Dmitry Merezhkovsky, Mark Aldanov, Vladimir Nabokov, dan Anna Akhmatova.
Hingga Ivan Alekseyevich Bunin, penulis pertama peraih Nobel, disusul penerima penghargaan yang sama, Boris Pasternak, Mikhail Sholokhov, Alexander Solzhenitsyn, Joseph Brodsky.
Bahkan di negeri ini, sastra genre horor sudah eksis lebih dari 150 tahun. Seperti Viy, karangan Nikolay Gogol, Vampir (Aleksey Tolstoy), cerpen-cerpen Leonid Andreyev, “Kepala Anjing” (Aleksey Ivanov), “Usia Transisi” (Anna Starobinets). Inilah karya-karya mengundang histeria.
Terlepas dari aspek politik, Rusia juga menyimpan jejak sastrawan Indonesia semisal, Utuy Tatang Sontani. Putra Sunda yang lahir di Cimahi, Jawa Barat, 13 Mei 1920 ini, menjadi populer saat sastra Indonesia bersentuhan dengan Rusia dekade 1950-an.
Jejak kepenulisan yang kaya bisa ditelusuri lewat “Kolot Kolotok”, salah satu novelnya yang diterbitkan di Moskow. “Badut”, tulisan pendek Utuy yang masyhur setelah diterjemahkan bahasa Rusia.
Kemudian ada “Orang-Orang Sial”, “Kekasih Pujaan”, “Bendera” “Sangkuriang-Dayang Sumbi”, “Sayang Ada Orang Lain”, “Di Langit Ada Bintang”.
Profesor Vilen Sikorsky mengabadikan sang sastrawan dalam buku berbahasa Rusia yang telah diterjemahkan dengan judul “Sastra dan Budaya Indonesia”.
Beberapa waktu lalu, melalui media sosial, seorang warganet asal Rusia bernama Pavel Serin menjadi viral, ketika mengunggah fotonya saat berpose di depan nisan Utuy di sebuah pemakaman di Moskow.
Seperti ujian mental menahan lapar dan dahaga pada Ramadhan di musim dingin, tentu tulisan ini juga berusaha mengendalikan “hawa nafsu” agar tidak salah ketik, apalagi salah judul: “histeria”, bukan yang lain.
Mari “jaga nyala imun di raga”, mencegah Covid-19 yang kembali menggila. Seperti pesan banyak spanduk gencar menyerbu kota dan desa-desa.
(Yudiarma MK)