TerasBerita.ID-Ada joke yang cukup lucu, seorang teman lulusan ITB memplesetkan kepanjangan almamaternya jadi: Institut Tarbiyah Bandung. karena menurut dia, sekarang di kampus tersebut, kegiatan rohis lebih rame dari kegiatan atau seminar yang mengkaji hal-hal yang terkait teknologi.
Joke tentang IPB tidak kalah lucu dari joke ITB, plesetan kepanjangannya jadi: Institut Pelatihan Bekam. Joke ini lahir karena menurut rumor yang beredar, katanya banyak lulusan IPB yang melenceng pekerjaanya setelah lulus, alih-alih mengembangkan teknologi agrikultur, tapi malah berprofesi jadi praktisi bekam, plus jualan herbal, dan dilengkapi kemampuan meruqyah, gimmick nya thibbun nabawi.
Dua joke yang lucu, sulit dipercaya memang.
Kita boleh percaya boleh tidak, ya namanya juga joke dan rumor, bisa benar, bisa juga tidak, jika tidak, ya sudah lupakan saja, jika benar, pastinya terdengar janggal dan menimbulkan tanya, kok bisa-bisanya orang-orang dengan keilmuan teknik, dan berpondasi ilmu pasti, menggandrungi ilmu yang tidak pasti.
Fenomena insinyur-insinyur yang gandrung belajar agama memang sedang terjadi di Indonesia, mungkin karena mereka sering mendengar ceramah dari da’i-da’i kondang di televisi, atau terpengaruh dengan acara artist hijrah. para tokoh agama merasa senang dengan fenomena tersebut, tapi tidak dengan kaum rasionalis.
“Mungkin mereka sudah mendapatkan hidayah” itu kata para agamawan, “kita patut bangga, karena sekarang banyak insinyur yang bukan saja pintar, tapi juga sholeh (religius), seharusnya ini didukung, bahkan kalau bisa, kita ciptakan insinyur-insinyur yang hafidz Qur’an” begitu kata salah satu tokoh agama yang cukup terkenal. Tidak heran jika banyak PTN sekarang menerima mahasiswa baru dari jalur hafidz, bukan cuma jalur prestasi.
Kaum rasionalis kebakaran jenggot melihat fenomena tersebut, mereka bukan khawatir jika nantinya para insinyur-insinyur berpikiran radikal, seperti yang ditakutkan para liberalis, tapi mereka khawatir jika insinyur-insinyur menjadi religius maka akan membuat mereka tidak kreatif, berhenti berfikir kritis, menyerahkan semua masalah teknis terjadi atas kehendak Tuhan. Sesuatu yang kontradiktif terjadi.
Sejatinya insinyur-insinyur (para rasionalis) mencari jawaban atas semua permasalahan. Sementara orang-orang religius mengatakan semua permasalahan jawabanya ada di kitab suci. Ada tarik menarik yang membuat mereka berhenti berpikir.
Sain itu pembuktian kebenaran, dan terus berkembang, sementara Agama adalah kebenaran dogmatis, berhenti pada wahyu. Apa akibatnya jika insinyur-insinyur (ilmuwan) terlalu religius, Maka Ilmu pengetahuan tidak berkembang, dan kita mati berpikir.
(Zarkasih Husein)