TERASBERITA.ID, BEKASI – Hujan disaat penter alias matahari masih bersinar kata orang Bekasi itu penyakit. Meski, secara ilmu kesehatan belum teruji, musti dikaji secara ilmiah.
Kondisi cuaca yang tidak menentu saat ini memang rawan dengan serangan penyakit. Mungkin, orang Bekasi dulu beranggapan bahwa kondisi alam yang tidak normal itu sebagai kearifan lokal yang musti dipegang.
Penyakit hujan tapi matahari masih nonggol alias penter biasanya pilek, meriang, panas dingin. Jika rambut kepala basah kena hujan, biasanya kita disuruh segera bilas pakai air kolam atau sumur yang bukan dari air hujan. Biar enggak sakit katanya.
Nasruddin (43), salah satu warga Bekasi, bercerita, di usia belasan tahun hingga 20-an kondisi badan masih fit. Kena hujan angin dan badai pun masih tetap prima.
“Jika sudah masuk usia 35 tahun, kondisi badan sudah mulai ‘manja’. Kena hujan dikit ajah sudah meriang,” kata Nas yang berprofesi sebagai guru di salah satu madrasah ini.
Zaman saat Ia kecil, orang tuanya suka bilang jangan main ujan-ujanan jika matahari sedang panas-panasnya tapi turun hujan.
“Suka dibilangin, diomelin, main ujan-ujanan kalau penter itu penyakit,” kenang Nas saat mengingat masa ABG.
Fakta atau mitos?. Itulah lokal wisdom (kearifan lokal) yang ada di tiap daerah. Bahwa alam punya cara tersendiri mengabarkan, memberi sinyal (tanda-tanda) perubahan cuaca.
Manusia kudu peka dan selalu ingat kepada Tuhan, bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan porosnya. Menjaga alam, maka alam akan ‘bersahabat’ dengan manusia.
(Deros/Dede Rosyadi)