Terasberita.ID-Alfred Tenny Franny Sengkey tampil dengan pakaian mencolok di antara barisan peserta tes tertulis dan penulisan makalah calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) lainnya yang tengah mangantre registrasi.
Tes itu merupakan bagian dari rangkaian seleksi anggota KPU dan Bawaslu periode 2022-2027 yang berlangsung secara terpusat di Jakarta International Expo (JIEXPO), Rabu (24/11/21).
Lelaki berusia 45 tahun ini mengenakan pakaian serbamerah, lengkap dengan berbagai aksesorinya, seperti kalung kain dengan bandul tengkorak, penutup kepala menyerupai paruh burung dengan sayap mengepak, serta beragam pernak-pernik lainnya.
Dia mengatakan, baju yang dikenakannya merupakan pakaian adat bernama Kabasaran yang berasal dari suku Minahasa, Sulawesi Utara. Pada zamannya, pakaian ini dikenakan saat berperang, dan kini tetap lestari sebagai aksesori karena memiliki nilai sejarah.
Di samping itu, lanjut lelaki kelahiran Minahasa Selatan ini, pelaksanaan seleksi calon anggota KPU dan Bawaslu yang diikuti seluruh masyarakat dari berbagai daerah ini merupakan ajang bergengsi. Menurutnya, selain untuk memilih calon anggota KPU dan Bawaslu, kegiatan ini menjadi momentum mengenalkan budaya daerah masing-masing peserta.
“Setiap peserta itu harusnya memiliki dua misi, (pertama) misi untuk menjadi anggota komisioner dan kedua misi untuk promosi budaya dan daerah masing-masing,” ujar Alfred.
Alasan itulah yang melatarbelakanginya untuk mengenakan pakaian adat saat mengikuti tes tertulis dan penulisan makalah calon anggota KPU dan Bawaslu. Di samping itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara juga dinilai getol mempromosikan budaya daerahnya, termasuk pakaian adat yang dia kenakan. Karena itu pula, dia terdorong untuk turut mengenalkan khazanah budayanya itu kepada khalayak.
Selain itu, dia mengaku, dengan pakaian itu banyak pasang mata yang memperhatikannya sejak beranjak dari penginapan. Perhatian itu kian kentara saat dirinya mengantre bersama barisan peserta seleksi lainnya. Tak jarang, peserta lain mengajaknya foto bersama.
“Masih antrean tadi sudah diambil gambar-gambar, (menurut mereka) menarik saja mungkin pakaian saya,” terangnya.
Alfred berharap, lewat cara uniknya itu budaya Sulawesi Utara dapat semakin dikenal secara nasional.
Tak sebatas keunikan, Alfred juga menjelaskan, pakaian yang dikenakannya memiliki banyak makna. Misalnya, warna merah melambangkan keberanian dan simbol burung bermakna penuntun untuk memenangkan peperangan pada zamannya. Tak hanya itu, simbol lainnya pun memiliki maknanya masing-masing.
Ibarat perang, kata dia, proses tes seleksi ini memerlukan perjuangan agar berhasil menjadi pemenang. Karenanya, pemilihan pakaian adat ini sesuai dengan makna dan momentum kegiatan. Dalam seleksi ini, Alfred merupakan pelamar untuk mengisi kursi anggota KPU. Dia mengaku optimistis dapat mengikuti seleksi tes ini dengan baik.
“Kompetisi ini bagian saya untuk berperang dari ratusan (peserta) mau lolos (menjadi) empat puluhan itu, begitu kayak masuk lubang jarum,” terangnya.