TERASBERITA.ID, OPINI (Deros D.Rosyadi) – Sebagian orang mengisi waktu luang dengan hiburan. Salah satunya permainan catur. Perlu siasat agar menang. Incaran utamanya ialah sang raja. Skak Mat !
Catur mengandalkan 99 persen taktik. Sebenarnyalah langkah-langkah catur itu terbandingkan dengan permainan kekuasaan dalam politik, sehingga mungkin diacu sebagai sumber gagasan oleh yang membutuhkannya.
Ketika melakukan alih wahana dari papan catur ke politik nyata, siapa pun dia akan menjadi pelaku politik.
Politik merupakan taktik. Sudah sering strategi politik dikaji, dipadankan, dan dibandingkan dengan strategi perang dan tarung, dari Sun Tzu sampai Musashi, bahkan juga dengan strategi dan taktik dalam pertandingan sepak bola.
Namun, yang tidak kalah memungkinkan adalah mengamati langkah-langkah politik dengan referensi langkah-langkah permainan catur.
Dikutip dari Seno Gumira Ajidarma, dalam tulisannya Taktik Catur dalam Politik mengatakan, dalam buku-buku catur, akan terbaca berbagai topik kajian atau usul taktik permainan yang terdengar sama belaka dengan strategi perang ataupun politik.
Taktik yang sering disebut adalah taktik penjepitan (pinning), yang dijelaskan sebagai suatu serangan terhadap satu buah catur yang menutupi buah catur kedua dari serangan.
Pihak yang diserang dengan cara ini disebutkan telah terjepit (Reinfeld, 1955: 12). Ini merupakan serangan dari dua arah, Ratu Putih (Q4) dan Menteri Putih (KN5) kepada Kuda Hitam (KB2), yang jika pergi akan membuat Raja Hitam (KN2) dan Ratu Hitam (Q1) terancam.
Jika tidak pergi, ia akan terbunuh dan Raja Hitam serta Ratu Hitam tetap terancam. Seorang pelaku politik, dengan sedikit imajinasi, akan mudah menggantikan Raja Hitam dan Ratu Hitam sebagai buah catur dengan “tokoh-tokoh sasaran” dalam politik nyata.
Taktik lainnya adalah, Serangan Ganda (double attack). Jenis serangan ini, yakni serangan serempak oleh satu buah catur atas dua buah catur yang bermusuhan, disebut sebagai esensi permainan catur, yakni serangan yang ekonomis dan menguntungkan.
Ini akan menarik bagi pemain catur (atau pelaku politik) yang tahu bagaimana mendapatkan efek maksimum dari buah caturnya (Ibid., h. 44). Digambarkan, ketika Menteri Hitam (K4) siap lari dari ancaman Kuda Putih (KN4), Pion Putih (KR3) maju mengancam Kuda Hitam.
Jika Kuda Hitam lari, akan tewaslah Menteri Hitam, jika tidak lari, matilah Kuda Hitam. Dalam catur (ataupun politik), dengan taktik yang jitu, bahkan Pion pun dapat melakukan langkah-langkah menentukan!
(Deros D.Rosyadi, Jurnalis)