TERAS BERITA. ID, Jakarta – Menyiapkan tenaga kerja yang kompetitif dan mendorong kemajuan teknologi untuk pendidikan merupakan salah satu fokus Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kiki Yuliati menyatakan bahwa produk-produk inovasi hasil pemanfaatan teknologi oleh warga pendidikan vokasi sebetulnya merupakan transformasi sistematis.
“Walau terlihat sederhana, tapi sebetulnya, secara sistematis kami menggerakkan semua elemen vokasi, misalnya dengan SMK Pusat Keunggulan dengan menantang kepala sekolah untuk membuat SMK-nya masing-masing unggul dengan pemanfaatan teknologi. Kami juga mendorong sekolah-sekolah bergerak memanfaatkan Platform Kedaireka,” tutur Dirjen Diksi dalam puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) di Jakarta, Rabu (10/8/22).
Ditambahkan Dirjen Kiki, upaya pemerintah mendorong inovasi di pendidikan vokasi tak berhenti hanya di tahap pemanfaatan, tetapi juga pengembangan teknologi.
“Jadi, mereka yang resisten dan masih ragu pada diri sendiri terbawa oleh lingkungan yang secara beramai-ramai, semua, serentak bergerak mengembangkan teknologi. Ibaratnya perang, kita menyerbu dari kiri, kanan, depan, belakang, semuanya,” katanya.
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 5 Malang, Jawa Timur, Cone Kustarto Arifin, yang mengawal pameran karya karya kriya yang berpadu dengan teknologi menjelaskan salah satu inovasinya, yaitu motor gede (moge) bertenaga listrik yang terbuat dari kayu. Motor ini dirancang dengan tema vintage kekinian dan merupakan hasil kolaborasi jurusan-jurusan yang ada di SMKN 5 Malang. Jurusan Kriya Kayu berperan mengukir bodi moge dan Jurusan Animasi mendesain ukiran.
Cone mengungkapkan, inovasi ini dibuat di masa pandemi, ketika pembatasan sosial berlaku. “Namun, kami produktif di masa pandemi. Ke depan, kami masih berusaha berproses supaya bisa melanjutkan produk, karya-karya. Karena, anak-anak kami sebetulnya punya banyak inovasi, tidak hanya moge ini,” jelas Cone. Awalnya, lanjut Cone, ia ingin turut berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan kemajuan energi terbarukan.
Maka dari itu, Cone memutar otak dan akhirnya mendapat ide untuk menggunakan bahan bakar dari baterai laptop bekas. Sumbernya bermacam-macam, mulai dari sekolah-sekolah yang punya laptop usang dan baterainya tidak terpakai, dari tukang reparasi komputer yang baterainya ditimbun begitu saja, dan lain-lain. “Karena kami tidak bisa diam, kami ingin berkiprah dan berkarya sesuai semangat masing-masing. Saya punya ide konsep dan desain, kemudian Cone mengakui, sekolahnya akan trus mencoba dan mengevaluasi berbagai inovasi. Dirinya juga mengapresiasi Kemendikbudristek yang terus mendorong inovasi di sekolah-sekolah vokasi dan merangkul mitra usaha dan industri. Cone menilai, inovasi yang memanfaatkan teknologi untuk memulihkan pembelajaran di masa pandemi sangat berharga.
“Inovasi-inovasi Kemendikbudristek sangat efektif dan efisien. Guru-guru di sekolah saya bisa terus menambah ilmu, belajar untuk menjadi guru-guru yang lebih baik, di mana pun dan kapan pun dengan Platform Merdeka Mengajar. Saya juga sudah memanfaatkan Rapor Pendidikan Indonesia,” tandas Cone.
(Farhan Firmansyah)