TERAS BERITA. ID, Jakarta – International Olympiad in Informatics (IOI) merupakan ajang kompetisi internasional paling bergengsi di bidang informatika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Setelah dua tahun berturut-turut digelar secara daring karena pandemi Covid-19, tahun ini IOI akan menjadi kompetisi pertama yang diselenggarakan secara hibrida (daring dan luring).
IOI ke-34 akan diselenggarakan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tanggal 7-15 Agustus 2022, dan Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah penyelenggara. Ajang ini menjadi kesempatan bagi generasi berbakat Indonesia untuk mengasah kompetensi dan mengaktualisasikan dirinya secara lebih luas.
“Kita ingin menciptakan pemimpin muda yang menjadi inspirasi bagi kaumnya agar talenta ini tidak padam di tengah jalan. Kompetisi ini adalah dorongan dan medan aktualisasi diri bagi mereka,” ujar Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Asep Sukmayadi, di Jakarta dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar yang digelar secara daring dan disiarkan langsung di kanal YouTube Kemendikbud RI, Kamis (4/08/2022).
Asep Sukmayadi mengapresiasi banyak pihak yang membantu dan mendukung Indonesia menjadi tuan rumah IOI seperti berbagai kementerian/lembaga terkait, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menjaga keselamatan dan keamanan penyelenggaraan acara dimasa pandemi Covid-19.
“Dalam mempersiapkan acara ini kami menggandeng Tim Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI) dan para alumni IOI Indonesia, karena ini jadi kesempatan bagi putra putri bertalenta Indonesia untuk saling belajar satu sama lain. Kita juga undang sekretariat IOI pusat untuk melihat kesiapan kita menyelenggarakan IOI ini,” ungkap Asep.
Lebih lanjut disampaikan Asep, dalam mendukung kecintaan generasi muda Indonesia di bidang komputer, kementerian selalu mengembangkan materi pembinaan yang relevan bagi para peserta. Apresiasi dan komitmen Kemendikbudristek diwujukan dengan memberi beasiswa talenta sejak dua tahun terakhir. “Kami dorong mereka mendapatkan pendidikan yang terbaik sehingga mereka bisa menjaga dan mengembangkan talentanya untuk pada akhirnya berkontribusi terhadap kemajuan dan pembangunan bangsa,” ujar Asep.
Terkait teknis rekrutmen para peserta olimpiade, Inggriani Liem selaku Pembina Tim Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI) menjabarkan bahwa pelatihan menuju IOI sudah dimulai ketika peserta didik duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Talenta belia pada jenjang tersebut dibidik dan diikutsertakan dalam berbagai kompetisi berskala lokal hingga nasional sampai jenjang SMA.
“Pembinaan yang lebih intens mulai dilakukan selama dua tahun ketika para juara tingkat kabupaten/kota ini ada di SMA. Dalam proses pembinaan, setiap tahunnya materi kurikulum untuk mereka terus meningkat. Tak heran jika perolehan medali tim Indonesia setiap tahunnya juga terus meningkat,” tutur wanita yang akrab disapa Inge ini.
Metode pelatihan yang semakin baik juga disinggung Inge sebagai salah satu indikator keberhasilan tim Indonesia di berbagai ajang kompetisi internasional. Khusus untuk olimpiade komputer, para peserta didorong agar berpikir lebih komputasional. Selain itu, mereka juga diminta untuk optimis dalam menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien dengan waktu yang terbatas.
“Misalnya kita latih mereka mengerjakan setiap soal selama tiga menit. Ini menjadi dasar bagi lahirnya solusi dalam penguatan pola pikir kritis baik secara literasi maupun komputerisasi,” ujar Inge.
Sebagai pembina, Inge juga menyadari pentingnya peningkatan kapasitas guru dalam hal teknologi informasi di satuan pendidikan. Oleh karena itu, hingga tahun lalu dengan dukungan pemerintah ia telah melatih 23 ribu guru, dan tahun ini sebanyak 10 ribu guru akan mendapatkan pelatihan computitional thinking and programming.
Berbagi pengalaman mengikuti olimpiade, Pikatan Arya Brama Jati, peraih medali Emas IOI 2020 mengajak peserta untuk sering berlatih. “Semakin sering dan banyak kita berlatih mengerjakan soal-soal maka akan semakin bagus, disitulah kemampuan kita diasah terus untuk memecahkan masalah,” ucap Pikatan.
Selain itu, diungkapkan Pikatan bahwa bakat dan minat seseorang juga penting dalam menentukan arah keberhasilan. Sebelum menggeluti suatu bidang, seseorang perlu mengukur potensi dirinya. “Saya waktu kecil diarahkan untuk menggeluti bidang matematika tetapi saat remaja saya lebih menyukai komputer. Kemudian saya tekuni hingga sekarang karena ketika kita menyenangi suatu bidang, maka kita akan senang menjalani prosesnya nanti,” terang Pikatan.
Kepala Dinas pendidikan Provinsi DI Yogyakarta, Didik Wardaya, menyatakan kesiapannya untuk mendukung pelaksanaan IOI. Adapun persiapan yang dilakukan adalah koordinasi dengan UPTD terkait seperti Dinas Kesehatan, BPNB, Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Dinas Perhubungan, dan Badan Intelejen Daerah.
“Kami ingin gema IOI dikenal dan dijiwai oleh peserta didik terutama yang ada di sini agar semangat berkompetisi dalam diri siswa dan guru ikut bangkit untuk terus mengasah kompetensi di berbagai kesempatan di masa depan,” harap Didik.
Sebelum menjadi tuan rumah untuk ajang IOI kelas dunia, Indonesia telah ditunjuk sebagai penyelenggara IOI tingkat Asia Pasifik tahun 2015, 2020, dan 2021. Hingga saat ini, total medali yang berhasil dicapai sejak tahun 2002 adalah 5 emas, 28 perak, dan 40 perunggu.
Tim penyelenggara IOI 2022 telah melakukan berbagai koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait seperti Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk membantu dalam persiapan kedatangan para peserta dari luar negeri yang diperkirakan mencapai 360 peserta dari 89 tim dan 72 di antaranya akan hadir langsung ke Indonesia.
Sebagai tuan rumah, tahun ini Indonesia berkesempatan mengirimkan dua tim (Tim Indonesia I dan II) yang masing-masing terdiri dari empat orang. Tim I terdiri dari Albert Yulius Ramahalim dari SMA Katolik Ricci I Jakarta Barat, Juan Carlo Vieri dari SMA Intan Permata Hati Surabaya, Maximilliano Utomo dari SMA Xin Zhong Surabaya, dan Joseph Oliver Lim dari SMAK 1 Penabur Jakarta. Sedangkan Tim II terdiri dari Albert Ariel Putra dari SMA Kristen Petra 4 Sidoarjo, Matthew Allan dari SMA Kanisius Jakarta, Andrew dari SMA S Sutomo 1 Medan, dan Vannes Wijaya dari SMAN 8 Pekanbaru.
(Farhan Firmansyah)