TERASBERITA.ID (Mimbar Jumat), Dede Rosyadi, Sos.I, M.Sos, Bekasi – Bulan Muharram menyimpan sejumlah peristiwa bagi umat muslim. Dalam sebuah riwayat, Allah SWT menerima tobatnya Nabi Adam Aalaissalam pada bulan ini, tepatnya di hari Asyura.
Hal ini dikisahkan dalam sebuah hadits Abi Ishaq dari Yazid, “Aku bertanya kepada Ubaid bin Umar tentang puasa di hari Asyura, maka dirinya menjawab: “Muharram bulan Allah Al-Ashamm di sana Allah menerima tobatnya Nabi Adam”.
Selan itu, Imam Ibnu Katsir dalam Qashash Al-Anbiyaa bahwa Nabi Adam kena tipu daya iblis melakukan hal dilarang oleh Allah SWT ketika masih di surga memakan buah khuldi dan membuat Nabi Adam diturunkan ke bumi bersama Siti Hawa.
Al-Hafizh ibnu Asakir meriwayatkan dari Mujahid, “Allah memerintahkan dua malaikat untuk mengeluarkan Adam dan Hawa dari sisi-Nya. Jibril melepas mahkota dari kepala Adam sementara Mikail melepas tanda kehormatan dari jidatnya.
Benda-benda berharga itu digantungkan pada sebatang dahan. Nabi Adam mengira bakal diampuni oleh Allah SWT sehingga beliau menundukkan kepalanya dan berkata, “maafkan aku. maafkan aku,”. Lalu Allah berfirman kepada Nabi Adam, “engkau hendak lari dari-Ku?. Adam menjawab, “tudak, tetapi aku malu pada-Mu, wahai Tuhanku,”.
Sumber dari Imam Ahmad dalam riwayatnya berasal dari Abu Hurairah, turunnya Nabi Adam AS dan Siti Hawa ke bumi pada hari Jumat. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau diturunkan dari surga, dan pada hari itu juga akan terjadi kiamat,”.
Setelah itu, Nabi Adam AS dan Siti Hawa kemudian bertobat. Hingga pada akhirnya Allah SWT menerima tobatnya sebagaimana sabdaNya:
“Adam menerima beberapa kalimat dari TuhanNya, lalu Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Baqarah: 37).
Peristiwa diterimanya tobat Nabi Adam AS ini juga dijelaskan dalam suatu hadits diriwayatkan Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Ibnu Asakir melalui jalur riwayat Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dari kakeknya dari Umar bin Khattab, bahwa Rasulullah SAW berujar:
“Setelah Adam melakukan kesalahan, beliau berkata, “ya Tuhanku, aku memohon kepada-Mu dengan hak Muhammad dengannya Engkau akan mengampuniku. Lalu Allah bertanya, “Bagaimana engkau mengetahui Muhammad, padahal aku belum menciptakannya?’ Adam menjawab: ‘Ya Tuhanku, saat Engkau menciptakan aku dengan tangan-Mu sendiri lalu Engkau meniupkan ruh-Mu kepada diriku, aku mengangkat kepalaku sehingga aku melihat pada tiang-tiang Arsy tertulis kalimat lâ Ilâha illallâh Muhammad Rasûlullâh (tidak ada tuhan selain Allah, Muhammad adalah rasul Allah).’ Akhirnya, aku mengetahui bahwa Engkau tidak akan mempersandingkan nama seseorang dengan nama-Mu, kecuali Ia adalah seseorang yang paling Engkau cintai. Allah menjawab, “Engkau benar, wahai Adam. Sesungguhnya, Ia adalah orang yang paling Aku cintai. Jika engkau meminta kepada-Ku dengan hak dirinya (hak Muhammad), niscaya Aku akan mengampunimu. Sungguh kalau bukan karena Muhammad, niscaya Aku tidak akan menciptakanmu.” (HR Al-Hakim).
Muharram, Bulan Dilarang Untuk Berperang
Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah Swt. Dari sebanyak 12 bulan ada dalam penanggalan hijriyah, Allah swt telah memilih empat di antaranya sebagai bulan-bulan mulia (asyhurul hurum), yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharrram, dan Rajab. Keempat bulan ini memiliki keutamaan tersendiri tidak dimiliki oleh lainnya.
Mengenai penamaan bulan muharram, sebelum Khalifah Umar Bin Khattab menentukan momentum hijrahnya Rasulullah saw. ke Madinah sebagai titik penentu perhitungan hijriyah, bulan Muharram disebut dengan bulan Shafar Awal, karena posisinya yang terletak sebelum bulan shafar.
Nama Muharram secara bahasa dapat diartikan sebagai bulan diharamkan. Yaitu bulan didalamnya orang-orang Arab diharamkan dilarang (diharamkan) melakukan peperangan. Begitu kebiasaan mereka zaman dulu mengkhususkan bulan-bulan peperangan dan bulan-bulan gencatan senjata. Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir terdapat keterangan berikut:
Di namakan bulan Muharram karena bulan tersebut memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan, bahkan bulan ini memiliki keistimewaan serta kemuliaan sangat amat sekali dikarenakan orang arab tempo dulu menyebutnya sebagai bulan mulia (haram), tahun berikutnya menyebut bulan biasa (halal).
Orang arab jaman dulu meyakini bahwa bulan Muharram adalah bulan suci sehingga tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan.
Maka, sesuai dengan penamaannya bulan Muharaam adalah bulan yang dimuliakan dan bulan dimana di larang melakukan peperangan. Demikianlah Allah SWT. telah menentukan empat bulan yang dimuliakan, tiga di antaranya berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan yang terakhir adalah Rajab terletak antara bulan Jumadal Ula dan Sya’ban.
(Dede Rosyadi, M.Sos)