TERASBERITA.ID, (Mimbar Jumat), BEKASI – Ikhlas adalah sebuah ketulusan yang didasari dari hati atas perbuatan dilakukan manusia kepada sesama makhluknya. Terlebih ikhlas kepada Allah SWT dalam beribadah. Matiku, hidupku semata-mata karena Allah SWT.
Ucapan keikhlasan bukan hanya semata-mata terucap dari mulut, namun singngkronisasi antara ucapan dan hati. Tidak mengharapkan sesuatu imbalan, upah, balasan. Ikhlas karena Allah.
Dalam kehidupan, manusia dihadapi dengan ujian, rintangan, bahkan rasa takut kelaparan, miskin dan kegalauan lainnya.
Jika manusia ikhlas menjalani sekenario hidup atas ketentuan takdir, mereka mendapatkan nilai derajat yang mulia. Bila manusia berkeluh kesah terhadap proses tempaan hidup, hati menjadi sempit dan tidak ada rasa syukur kepada Allah SWT.
Kata ikhlas mudah diucap, namun realitasnya jiwa sulit menerima kenyataan. Hanya Allah SWT yang tahu seberapa keikhlasan hambanya.
Begitu juga ikhlas dalam memberi sesuatu, semilsal beramal, sedekah, berbuat kebaikan, menolong antar sesama makhluk. Barometer antara riya dan ikhlas itu sangat tipis. Namun, jika rasa ikhlas lebih dominan dihati, niscaya pahala akan didapat. Jika riya yang dominan dijiwa, maka sia-sia amalan tersebut.
Melatih jiwa ikhlas butuh proses panjang. Butuh tempaan yang berat dan kesabaran. Tidak mudah seperti membalikan tangan, sebab ikhlas hanya dimiliki oleh jiwa manusia yang bersih. Bersih dari sifat iri, dengki, syirik maumpun takabur.
Jika sudah terbiasa ikhlas dalam menjalankan kebaikan serta amal ibadah, hati menjadi lapang, tenang dan damai. Dunia seakan mengikuti, bukan manusia yang diperbudak dunia.
Pintu rezeki terbuka lancar, silaturahim antar manusia terbuka lebar, pancaran cahaya ilahiyah dijiwa manusia terlihat diraut muka yang sejuk dan damai.
Satukan pikiran, hati untuk ikhlas berbuat kebajikan dan ibadah kepada Allah SWT. Sehingga kita menjadi bagian dari orang-orang mukhlisin dan mendapatkan jalan hidup yang diberkahi Allah SWT.
(Dede Rosyadi, M.Sos)